4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

TEMPO.CO , Jakarta – Kesulitan tidur sering terjadi pada masa kehamilan, terutama pada trimester ketiga, ketika rasa tidak nyaman, nyeri ulu hati, sering buang air kecil, dan gangguan tidur kerap mengganggu tidur. Akibatnya, masalah tidur dan pola pikir bisa muncul selama kehamilan dan berlanjut hingga masa nifas.

Menurut laporan di Psychology Today, satu dari lima wanita akan mengalami komplikasi kesehatan mental selama kehamilan, dan tiga dari empat wanita akan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kurang tidur, atau insomnia.

Untuk mencapai tujuan ini, terdapat hubungan dua arah yang kuat antara kesehatan mental dan pola tidur. Artinya selama kehamilan dan setelah melahirkan, ibu dengan gejala kesehatan mental yang lebih parah melaporkan lebih banyak gangguan tidur, dan ibu dengan kualitas tidur yang buruk memiliki kesehatan mental yang lebih buruk selama kehamilan.

1. Gangguan tidur

Bayi baru lahir biasanya perlu diberi makan dan diberi popok setiap dua hingga tiga jam, yang berarti pengasuhnya akan mengalami gangguan tidur yang signifikan. Durasi tidur yang singkat dan jadwal yang tidak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian seseorang, yaitu pola 24 jam yang mengatur siklus tidur-bangun. Ritme sirkadian yang tidak selaras dapat menyebabkan seseorang mengantuk saat ingin bangun dan waspada saat ingin tidur.

2. Perubahan hormonal

Menurut Sleep Foundation, setelah melahirkan, orang mengalami fluktuasi dramatis pada hormon mereka, termasuk penurunan kadar progesteron dan estrogen. Progesteron memfasilitasi relaksasi dan tidur, sedangkan estrogen mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk tertidur dan berapa kali seseorang terbangun di malam hari. Sebab, kekurangan hormon tersebut bisa memicu masalah tidur setelah melahirkan.

3. Sakit

Ada hubungan dua arah antara nyeri dan insomnia selama periode postpartum. Banyak orang mengalami rasa sakit yang berhubungan dengan persalinan, menyusui, dan mengasuh anak. Rasa sakit bisa membuat Anda sulit tidur.

Namun insomnia juga tampaknya meningkatkan kemungkinan terjadinya nyeri tubuh dalam dua tahun setelah melahirkan, terutama jika disertai gejala depresi.

4. Kesehatan jiwa

Orang yang mengalami kesulitan tidur pada masa nifas berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan kecemasan. Sebaliknya, gangguan mood pasca melahirkan bisa memperburuk gejala insomnia.

Hal ini dapat menciptakan siklus yang terus berlanjut. Individu yang pernah mengalami kehamilan atau kelahiran traumatis mungkin juga mengalami masalah tidur yang berhubungan dengan gangguan stres pasca trauma.

Pilihan Editor: Manajemen tidur yang buruk selama kehamilan dan masa nifas

Perubahan iklim disebut menimbulkan berbagai masalah pada kehamilan. Salah satunya adalah kelahiran prematur. Uraian Kepala BKKBN adalah sebagai berikut. Baca selengkapnya

Nikita Vali mengumumkan kehamilan anak keduanya melalui postingan fotonya di Instagram. Baca selengkapnya

Musik dapat memengaruhi suasana hati dan membantu tubuh rileks, sehingga menciptakan kondisi ideal untuk tidur berkualitas. Baca selengkapnya

Banyak ibu hamil mengalami stigma terkait berat badan atau rasa malu terhadap tubuh. Itu menyakiti mereka. Baca selengkapnya

DPR mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Ibu dan Anak (UU KIA) yang mengatur cuti hamil bagi ibu untuk jangka waktu 6 bulan. Inilah yang dikatakan artikel tersebut. Baca selengkapnya

Tes urin merupakan alat diagnostik penting yang memungkinkan deteksi kesehatan dan membantu penentuan kondisi fisik secara dini. Baca selengkapnya

Komedian Mpok Alpa telah mengumumkan jenis kelamin bayi kembarnya. Kenapa ada anak kembar, faktor apa saja yang mempengaruhinya? Baca selengkapnya

Tidur yang berkualitas membantu mengatur emosi dan mengurangi tingkat stres. Kurang tidur sering dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan. Baca selengkapnya

Kehamilan remaja (di bawah 20 tahun) dan usia lanjut (di atas 35 tahun) dianggap rentan karena berbagai faktor. Berikut penyebab dan dampaknya. Baca selengkapnya

Panjang siklus menstruasi dapat berubah seiring waktu karena banyak faktor. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *