5 Fakta ASI Bubuk Tak Direkomendasikan IDAI, Berisiko Terkontaminasi hingga Tidak Direkomendasikan untuk Bayi

TEMPO.CO, Jakarta – Belakangan ini, cara mengawetkan ASI dalam bentuk bubuk sedang populer. Pengolahan ini dilakukan dengan metode pembekuan dan diolah menjadi ASI bubuk atau dikenal juga dengan istilah freeze dry. Cara yang disebut juga dengan freeze-drying ini disebut-sebut dapat memperpanjang umur simpan ASI di lemari es.

Berikut fakta mengenai ASI bubuk

1. Mahasiswa ITB yang berangkat terlebih dahulu

Produksi ASI bubuk ini awalnya dirintis oleh 4 orang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan inovasi tersebut, pada bulan Juni lalu mereka berhasil memenangkan kategori ‘Out of the Box’ pada ajang Astronaut Digital and Technology Innovation 2023 yang memperebutkan ide-ide baru dan unik.

ASI bubuk tidak bisa diproduksi dan dikonsumsi dalam jumlah banyak seperti halnya susu bubuk. Mereka yang berminat akan membekukan ASI yang terkumpul dan mengolahnya menjadi susu bubuk.

Selama pengolahan, ASI yang ditransfer harus tercampur dengan ASI masing-masing individu dan bukan dengan ASI konsumen lain. “Untuk menghindari kejadian kakak-adik,” kata Desia.

2. Bertahan hingga 3 tahun

Pengolahan ASI menjadi susu bubuk konon dapat memperpanjang umur simpannya dari semula 6 bulan menjadi 3 tahun sehingga memberikan kemudahan bagi para ibu yang ingin menyusui setelah lebaran.

3. Diduga mengubah kandungan nutrisi

Naomi Asternita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), Ketua Kelompok Kerja Susu Manusia Anak Indonesia (IDAI), mengatakan proses pengeringan seperti freeze-drying yang menghilangkan air akan meningkatkan rasa, namun kualitasnya akan terpengaruh. ,

“Dengan tidak adanya bukti penelitian yang memadai, tidak jelas apakah ASI kering beku mengandung protein, lemak, karbohidrat dalam proporsi yang tepat untuk dijadikan sebagai sumber nutrisi penting bagi bayi, serta untuk mendukung kekebalan bayi, dan aktif. bahannya, kata Dr. Naomi, menurut Laporan Antara.

Membekukan ASI di rumah dapat menyebabkan beberapa perubahan fisik pada komponen utama ASI, seperti pecahnya membran globul lemak, perubahan misel kasein, dan penurunan struktur protein, yang telah diteliti. Faktor bioaktif dengan masa kriopreservasi yang lama.

4. Terdapat risiko kontaminasi

Metode pengeringan beku juga tidak melalui proses pasteurisasi yang dirancang untuk membunuh bakteri berbahaya. Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik penting yang ada dalam ASI. Oleh karena itu, risiko kontaminasi tetap ada, terutama bila air ditambahkan ke dalam ASI bubuk kering beku sebelum dikonsumsi oleh anak.

5. Tidak dianjurkan untuk bayi dengan penyakit tertentu

Cara pembekuan ASI menjadi ASI bubuk merupakan hal baru dan belum dibuktikan oleh penelitian ilmiah, sehingga penggunaannya belum diatur atau diatur oleh organisasi kesehatan seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Tidak ada saran. ), AAP atau FDA.

Pokja Pemberian ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia juga tidak menganjurkan pemberian ASI bubuk kepada bayi dengan kondisi medis tertentu, seperti bayi prematur atau bayi yang memiliki kekebalan tubuh atau penyakit kronis, demikian laporan Antara.

Terakhir, Naomi tetap menganjurkan metode menyusui langsung sebagai cara pemberian ASI dari ibu ke bayi sebagai pengganti ASI, karena tidak hanya memberikan banyak manfaat baik bagi kesehatan bayi, tetapi juga meningkatkan kenyamanan anak. dan hubungan dekat antara ibu dan anak. “Menyusui bayi dan memerah ASI memang terasa melelahkan, dan wajar jika para ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayinya tetap mendapat ASI. Menyusui langsung dari payudara ibu sangat dianjurkan untuk membangun bonding antara ibu dan anak. .Dr Naomi berkata: “Menyusui bukan hanya tentang minum ASI. “

Tiara Juvita |. Anwar Mahasiswa

Pilihan Editor: Mengapa IDAI Tidak Merekomendasikan Konversi ASI ke Formula

Pengumuman seleksi mandiri ITB akan dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB. Baca selengkapnya

ITB sebelumnya telah melaksanakan seleksi penerimaan mahasiswa baru secara daring melalui Seleksi Mandiri pada Sabtu dan Minggu, 22 dan 23 Juni 2024. Baca selengkapnya

Tim mahasiswa ITB dan Universitas Purdue telah merancang pesawat komersial listrik yang mampu mengangkut 40 penumpang. Baca selengkapnya

Hafvid Fakrizha, peraih beasiswa LPDP tahun 2024, saat ini sedang menempuh pendidikan di Munich, Jerman, dan harus melalui berbagai seleksi. Baca selengkapnya

Topik warga tidak bisa mendapat kursi di SMAN Jakarta karena tidak lolos seleksi usia jalur zonasi PPDB menjadi berita terhangat di Top 3 Techno. Baca selengkapnya

Tur malam di Observatorium Bossard telah dibuka kembali setelah empat tahun. Pengunjung dibatasi. Baca selengkapnya

Sejauh ini ITB belum memiliki aturan penggunaan AI, sehingga mahasiswa hanya boleh menggunakan aplikasi AI secara sembunyi-sembunyi untuk menyelesaikan mata kuliahnya. Baca selengkapnya

Institut Teknologi Bandung (ITB) akan menyelenggarakan ujian masuk online melalui seleksi mandiri pada Sabtu dan Minggu, 22-23 Juni 2024. Baca selengkapnya

Masjid Salman Adha Mahotsav ITB meliputi seni, olah raga, berbagai perlombaan, pasar produk UMKM dan parade. Baca selengkapnya

Kenaikan UKT di ITB gagal dilaksanakan setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadim Makarim membatalkan seluruh kenaikan UKT di PTN. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *