7 Mitos soal Lupus dan Faktanya

TEMPO.CO, Jakarta – Kelelahan, nyeri, bengkak, ruam, dan rambut rontok merupakan salah satu gejala lupus, penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh yang sehat. Seperti halnya kondisi kesehatan lainnya, terdapat banyak mitos seputar lupus yang menyulitkan orang untuk memahami dan menangani penyakit ini, kata Dr. Brooke Goldner, seorang profesor autoimunitas di Cornell University.

“Penting untuk mendidik diri kita sendiri dan orang lain tentang lupus untuk menghilangkan mitos dan meningkatkan pemahaman tentang penyakit ini,” katanya kepada Fox News Digital. Berikut tujuh mitos tentang lupus.

Hanya satu jenis lupus Systemic lupus erythematosus (SLE) yang merupakan jenis lupus yang paling umum tetapi bukan satu-satunya jenis lupus. Ada juga lupus eritematosus kulit (CLE) namun jarang terjadi dan hanya menyerang kulit.

Lupus menular Goldner mengatakan lupus tidak menular antar manusia. “Lupus terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan. Lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain kulit, persendian, ginjal, otak, dan organ lainnya,” jelasnya.

Lupus hanya menyerang wanita “Meski lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria, lupus bisa menyerang siapa saja,” kata Goldner. Lupus menyerang 90 persen wanita berusia 15-44 tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Lupus adalah kanker Pengobatan seperti kemoterapi sering digunakan pada kasus lupus yang parah namun hal ini tidak berarti bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu bentuk kanker.

Lupus disebabkan oleh stres. “Penyebab pasti lupus masih belum diketahui namun diyakini merupakan kombinasi faktor keturunan, lingkungan, dan hormonal,” kata Goldner.

Lupus murni merupakan penyakit keturunan. “Sama seperti penderita diabetes tipe 2 yang bisa diturunkan tapi dipicu oleh gaya hidup dan pola makan, begitu pula lupus,” ujarnya.

Lupus adalah hukuman mati Lupus adalah penyakit serius namun bukan hukuman mati, kata Goldner. “Meskipun tidak ada obatnya, pengobatan dapat membantu mengendalikan gejala dan mencegah kerusakan pada organ vital,” jelas Goldner.

Pilihan Editor: Jangan Hentikan Pengobatan Lupus Sekalipun Anda Mendapat Keringanan Biaya

Penggunaan suplemen yang diklaim dapat meningkatkan imunitas pasien lupus sebaiknya dihindari. Baca selengkapnya

Para ahli mengatakan remisi pada lupus belum tentu sama dengan menghentikan pengobatan. Berikut penjelasan dari dokter penyakit dalam. Baca selengkapnya

Hari Lupus Sedunia, simak penuturan dokter RS ​​Pondok Indah bahwa lupus adalah penyakit kambuhan yang akan datang dan pergi ketika didiagnosis. Baca selengkapnya

Hari Lupus Sedunia 10 Mei 2024, banyak orang yang perlu mengenali penyakit lupus. Lupus merupakan penyakit yang tergolong penyakit autoimun. Baca selengkapnya

Komik lupus anak ini merupakan buku kedua. Buku pertama dikatakan menarik pasar global dan telah diterjemahkan ke dalam 5 bahasa. Baca selengkapnya

Hampir 5 juta orang di seluruh dunia mengidap Lupus, dan 1,5 juta di antaranya tinggal di Amerika Serikat saja. Simak Makna Hari Lupus Sedunia 2024. Baca selengkapnya

Pelajari lebih lanjut tentang gejala dan kemungkinan komplikasi lupus. Apa saja tanda-tanda awal penyakit lupus? Baca selengkapnya

Lupus merupakan penyakit autoimun yang dimanifestasikan dengan gejala penyakit kulit, demam, nyeri sendi, rambut rontok, dan gangguan saraf. Baca selengkapnya

Dokter anak menjelaskan, gejala lupus pada anak umumnya lebih buruk dibandingkan pada orang dewasa. Baca selengkapnya

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan 11 pertanyaan yang bisa digunakan untuk mendeteksi lupus dini pada anak secara mandiri. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *