Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

TEMPO.CO, Jakarta – Mahasiswa Akademi Ilmu Kepolisian (STIK) Kepolisian Negara mengikuti kursus singkat teknologi drone untuk memprediksi serangan teroris di Universitas Kepolisian Korea Selatan (KNPU).

Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri Komjen Polisi Purwadi Arianto mengatakan, teknologi drone atau drone bisa digunakan untuk memprediksi terorisme.

Kajian ini dilakukan terhadap drone sebagai antisipasi aksi teroris, kata Purwadi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024, dilansir Antara.

Sebanyak 18 mahasiswa STIK Polri merupakan mahasiswa angkatan 81 Widya Wira Satya. Mereka mengikuti kursus singkat di Universitas Kepolisian Nasional Korea (KNPU) pada tanggal 13 hingga 17 Mei 2024.

Para mahasiswa yang berstatus anggota aktif Polri ini dipilih mengikuti kursus di Korea Selatan berdasarkan keunggulan dan integritasnya oleh STIK Lemdiklat Pori.

Purwadi mengatakan kursus singkat ini diadakan untuk menghadapi perubahan dinamis dalam sistem keamanan internasional, serta perlunya kerja sama yang lebih besar antar negara dalam memerangi kejahatan lintas batas.

“Indonesia dan Korea Selatan sebagai dua negara strategis di kawasan Asia Pasifik menghadapi berbagai tantangan keamanan yang sulit dan berbeda,” kata Purwadi.

STIK merupakan wadah profesi yang memberikan keterampilan kepada calon pimpinan Polri di masa depan. Program ini dinilai berpotensi memberikan pengalaman baru dan berbeda untuk memberikan kondisi internasional bagi calon pemimpin Polri.

“Diharapkan dengan terselenggaranya kursus singkat ini dapat memberikan tambahan informasi sebagai persiapan menghadapi tantangan pekerjaan di masa depan,” tuturnya.

Purwadi mengatakan, kuliah internasional teknologi dan sistem kepolisian di KNPU berkaitan dengan tanggung jawab kepolisian, khususnya membangun kerja sama internasional dalam menangani kejahatan internasional.

Selain teknologi drone, mahasiswa STIK juga mempelajari forensik untuk menemukan bukti-bukti yang mengarah pada pembantaian tersebut. Mereka juga mempelajari teknik investigasi atau wawancara dengan menggunakan kecerdasan buatan sehingga bisa langsung menarik kesimpulan tentang syarat pasal dan bukti-bukti yang mengarah pada kasus tersebut.

Ini merupakan program short course pertama di Korea Selatan untuk mahasiswa tingkat sarjana (S1) yang diselenggarakan. Untuk mahasiswa magister (S2) dan doktor (S3), telah dilaksanakan program di Selandia Baru dan Inggris.

“Program ini juga akan terus membahas persoalan dua derajat dengan KNPU. Oleh karena itu, kami diminta membuat proposal kerja sama dua derajat,” ujarnya.

Kapolres STIK Irjen Nico Afinta berharap program short course ini bisa dijalankan di Korea Selatan dan terus melahirkan SDM yang PRESISI Pemilihan Redaksi Polri: Anak Bunuh Ibu di Sukabumi Minta Tetangga Bunuh, Tawarkan Gaji. Rp 330 ribu

Satuan K-9 Polri digunakan untuk membantu pengamanan KTT World Water Forum di Bali. Sebanyak 34 anjing terlatih dibagikan. Baca selengkapnya

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), mewakili Indonesia pada Sidang Komisi Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana (CCPCJ) ke-33.

Polres Metro Bekasi tengah mengusut kasus dugaan penipuan pemeriksaan kesehatan di Filipina yang diduga dilakukan Bambang Tri Cahyono. Baca selengkapnya

Estimasi harga pasaran setiap benih udang antara Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu. Baca selengkapnya

Pada tanggal 13 Mei 1981, Mehmet Ali Agca menembak Paus Yohanes Paulus II di St. Petersburg. Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Flash kembali ke acara tersebut. Baca selengkapnya

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) revolusioner

Bencana alam banjir di Sumbar menyebabkan sejumlah jalan nasional terputus. Masyarakat diminta mengambil jalur alternatif. Baca selengkapnya

Kepala Operasi Perdamaian Cartenz membantah tudingan KKB yang menyebut pemerintah Indonesia memblokir akses organisasi hak asasi manusia di Papua. Baca selengkapnya

Jaksa penuntut Korea Selatan sedang menginterogasi pendeta yang diam-diam memfilmkan dirinya memberikan tas tangan mewah Dior kepada Ibu Negara Kim Keon Hee

Kabag Operasi Perdamaian Cartenz Kombes Faizal Ramadhani mengaku banyak menangani kasus jual beli amunisi anggota TNI-Polri dengan TNPPB-OPM. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *