Benjamin Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

TEMPO.CO, Jakarta – Pada Senin, 17 Juni 2024, sumber pemerintah Israel mengungkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membubarkan kabinet perang yang beranggotakan enam orang. Netanyahu mungkin akan mengambil langkah besar lainnya setelah pengunduran diri Jenderal Benny Gantz di Angkatan Bersenjata Israel.

Netanyahu saat ini diperkirakan akan mengadakan serangkaian konsultasi dengan sekelompok kecil menteri terkait perang Gaza, termasuk Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer yang sebelumnya berada di kabinet perang. .

Perdana Menteri Netanyahu sebelumnya menghadapi tuntutan dari sekutu nasionalis-religiusnya dalam koalisi pemerintah untuk memasukkan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke dalam kabinet perang, sebuah langkah yang akan membuat marah Israel. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan lebih lanjut dengan mitra Amerika di dunia internasional, termasuk Amerika Serikat.

Kabinet perang dibentuk setelah Gantz bergabung dengan pemerintahan Netanyahu ketika perang baru di Gaza pecah pada Oktober 2023. Kabinet perang tersebut mencakup teman Gantz, Gadi Eisenkot dan Ketua Partai Shas Aryeh Deri, yang bertugas sebagai pengamat. Baik Gantz maupun Eisenkot meninggalkan pemerintahan Netanyahu akhir pekan lalu dengan alasan Netanyahu gagal merumuskan strategi dalam perang Gaza.

Delapan bulan penderitaan terus menerus bagi warga sipil Palestina di Gaza Menurut Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, kecepatan dan skala pembantaian dan pembunuhan di Gaza melebihi apa pun selama masa jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB. Setidaknya 1,7 juta orang – 75 persen penduduk Gaza – terpaksa mengungsi, bahkan lebih banyak lagi, akibat serangan militer Israel.

Guterres mengakui tidak ada tempat yang aman di Gaza. Situasinya sangat menyedihkan. Situasi kesehatan masyarakat berada di luar tingkat krisis. Rumah sakit di Gaza hancur.

Persediaan medis dan bahan bakar langka atau tidak ada. Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi kelaparan parah. Lebih dari 50 ribu anak memerlukan pengobatan karena kekurangan gizi parah.

Ironisnya, setidaknya setengah dari seluruh misi bantuan kemanusiaan ditolak, diganggu atau dibatalkan karena alasan operasional atau keamanan. Sejak serangan di perbatasan Rafah sebulan lalu, aliran bantuan kemanusiaan penting ke warga Gaza – yang sudah sangat tidak memadai – telah berkurang dua pertiganya.

Sumber: Reuters

Pilihan Editor: 7 relawan MER-C masih bertugas di Gaza

Ikuti berita terkini Tempo.co di Google News, klik di sini

Perdana Menteri Qatar mengatakan upaya untuk merundingkan gencatan senjata antara Hamas dan Israel terus berlanjut tanpa gangguan selama beberapa hari terakhir. Baca selengkapnya

Armenia mengakui Negara Palestina pada 21 Juni 2024, menyusul Slovenia, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia. Baca selengkapnya

Shaul Goldstein, CEO NOGA Israel, mengakui bahwa serangan Hizbullah dapat membuat Israel “tidak dapat ditinggali dalam waktu 72 jam.” Baca selengkapnya

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dunia tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza. Baca selengkapnya

Pemerintah Armenia mengumumkan pengakuan resmi atas Negara Palestina. Kementerian Luar Negeri Israel segera memanggil duta besarnya untuk Tel Aviv dan menegurnya. Baca selengkapnya

Jumlah kematian terbesar terjadi di daerah al-Mawasi dekat Rafah di Gaza selatan, di mana serangan tank Israel terhadap sebuah kamp tenda menewaskan 25 orang. Baca selengkapnya

Presiden Kolombia Gustavo Petro menanggapi pembantaian Netanyahu terhadap warga Palestina di Gaza dengan menghentikan ekspor batu bara ke Israel. Baca selengkapnya

Arab Saudi tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel dengan mengorbankan negara Palestina. membaca sepenuhnya

Berita terkait perkembangan perang Gaza masih mendominasi 3 berita teratas dunia. Baca selengkapnya

Pemerintah Indonesia juga telah melakukan evakuasi terbatas terhadap WNI di Lebanon ke Beirut. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *