Cerita Pengemudi Wisata Perahu di Ancol yang Sepi Peminat saat Libur Lebaran

TEMPO.CO, Jakarta – Pantai impian Ankol bagaikan gula yang dipenuhi semut saat musim liburan tiba. Sejak hari pertama lebaran, Rabu, 10 April hingga Kamis, 11 April, terjadi peningkatan pengunjung wisata bahari di kawasan Jakarta Utara.

Musim libur lebaran kali ini terasa janggal bagi Darn, seorang pengemudi perahu wisata di kawasan Pantai Ankol, Jakarta Utara. Meski tercatat pengunjung hampir 100.000 orang, namun tak sampai 200 wisatawan yang menaiki perahu pria kelahiran Indramaj itu. Berdasarkan perhitungan, hanya 0,22 persen masyarakat yang mencoba wisata tersebut.

Pengunjung ramai, tapi yang naik perahu hanya sedikit, kata Darno saat menaiki kapal, Jumat sore, 12 April 2024.

Humas Ankol Ariyada Eko Nugroho mengatakan, jumlah pengunjung kawasan Ankol meningkat saat libur nasional. Ia merinci, pengunjung pada Rabu berjumlah 41.000 orang, dan pada Kamis 90.000 pengunjung. Hingga Jumat pukul 10 pagi, dia mengatakan ada 17.000 pengunjung.

Meninggalkan Indramaya sehari sebelum Idul Fitri dengan harapan dapat menghasilkan banyak uang, Darno justru kecewa dengan mimpinya. Ini sama dengan pepatah: jauhi api.

Ia mengatakan, selama tiga hari musim liburan, kapalnya hanya berlayar delapan kali dan hanya mampu mengangkut sekitar 20 wisatawan setiap harinya. Saat Tempo mengikuti perahu Darna, hanya ada 16 orang, dua di antaranya adalah anak-anak.

Hingga pukul 14.00, Darno mengaku baru empat kali berlayar. Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak.

“Masa libur Idul Fitri dulu ibarat orang yang berkebun atau memanen padi, tapi bukan (panen),” ujarnya.

Pria berusia 75 tahun itu tak habis pikir mengapa masih sedikit minat wisatawan yang ingin bermain air di kawasan Pantai Ankol – Putri Dujung, Pantai Indah, dan Simfoni. Bahkan, kata Darno, wisata ini tarifnya paling rendah di antara berbagai tempat di kawasan Ancol.

Tempat-tempat seperti Dunia Fantasi Ancol, Sea World Ancol, Ocean Dream Samudra, Jakarta Bird Land Ancol, dan Atlantis Water Adventure Ancol, berharga rata-rata $100,000 hingga $350,000. Padahal, harga Kelas Premium Dunia Fantasi Ancol adalah 850.000 Ariary.

Meski demikian, Darno bersyukur masih ada pengunjung yang menyaksikan tur tersebut. Ia mengatakan, sehari ada 51 kapal wisata di Pantai Ankol. Perahu-perahu ini berada di tiga tempat wisata seperti Pantai Indah Ancol, Putri Duiung dan Simphoni.

Kini Darno mengamini pepatah jamur itu tumbuh. “Alhamdulillah, setidaknya ada.” “Yang penting sistemnya bisa berjalan,” kata Darno.

Darno, penerus ketiga Keluarga Bisnis Perahu Wisatawan

Bersama ketiga rekannya, salah satunya adalah putranya, Darno melanjutkan usaha perahu orangtuanya di Ancol. Darno mengatakan para pendahulunya telah menjual jasa mobile boat tersebut sejak tahun 1970an.

Darno juga merupakan generasi ketiga setelah membantu ayahnya pada pertengahan tahun 1990-an. Saat itu, Darno baru saja menyelesaikan sekolah dasar atau SD.

“Saat ayah saya lulus SD, dia langsung menyusul saya ke sini,” kata Darno. Kini putra Darn yang baru saja tamat SMA membantunya.

Saat itu, kata Darno, harga tiketnya hanya seribu untuk anak-anak dan dua ribu untuk dewasa. Namun, dia tak memungkiri, harga jalan saat itu sama dengan harga saat ini.

Selama 34 tahun berkarya, Darno membantu tiga orang. Dua di antaranya bekerja di perahu, yang lainnya berjalan di sepanjang pantai dan menawarkan jasa kepada wisatawan.

“Ibarat dagangan dua orang yang bepergian,” kata Darno sambil tersenyum kecil.

Darno membagi pendapatan dari pekerjaan sehari-hari menjadi bagian yang sama besar. Ia mengatakan mereka akan bersyukur jika setiap orang menerima 200.000 riyal. Berat yang sama untuk dibawa, ringan yang sama untuk dibawa.

Kadang-kadang pendapatan ini juga dialokasikan untuk pemeliharaan kapal, pembelian solar dan biaya bulanan koperasi kapal. “Paling tidak kalau ada kebutuhan mendadak, ada,” ujarnya.

Darno kini menghidupi ketiga anaknya dan istrinya di Desa Indramaiu, selain putra sulungnya yang kini membantunya di Ancol. Terkadang, untuk sekedar pulang, Darno dan anak-anaknya bergantian.

Selama bekerja di Ancol, Darno tidak menyewa rumah atau tempat tidur atau sekedar bersih-bersih sepulang kerja. Ia mengatakan kehidupan di Jakarta cukup baginya dengan menaiki perahu berukuran 3 x 8 meter.

“Mereka menjaga kapal.” “Itu berasal dari keluarga,” katanya.

Pilihan Editor: TNI Gunakan Kembali Terminologi OPM, Veronika Coman: Ingin Kendalikan Perang Papua

Pakaian renang merupakan salah satu barang yang wajib dimiliki saat berlibur, sehingga penting untuk mengetahui cara merawatnya.

Kemenparekraf mengapresiasi Pemerintah Daerah Kota Batam yang tetap menjaga penerapan Kesenian Melayu Kenduri secara menyeluruh

Para ahli di Spanyol memperingatkan serangan kecoa di musim panas akibat perubahan iklim

Israel dikatakan sebagai negara yang paling bermusuhan. Hal ini berdampak pada warga negara yang ditolak di banyak negara. Lebih terinci

Ancol dan TMII mengumumkan promosi menyambut HUT Jakarta ke-497

Berikut daftar negara yang menolak mengizinkan warga Israel mengunjungi wilayahnya. Lebih terinci

Kenangan menyaksikan konser Taylor Swift di MEIS Ancol Jakarta 10 tahun lalu berhasil menciptakan kenangan tak terlupakan bagi para penggemarnya. Lebih terinci

Pemerintah Shibuya telah memberlakukan larangan minum alkohol di tempat umum pada acara-acara tertentu seperti Halloween atau akhir tahun.

Sejak tahun lalu, aturan telah ditetapkan agar wisatawan dapat menaklukkan pariwisata

Blue Lagoon ditutup karena letusan gunung berapi di dekatnya pada akhir Mei

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *