Cerita Startup Sampangan Ciptakan Produk dari Sampah, Dapat Hibah Rp 3 Miliar di Philanthropy Asia Summit 2024

TEMPO.CO, Jakarta – Sampangan memenangkan Program Booster Philanthropy Asia Summit 2024 senilai 250 ribu dolar Singapura atau hampir Rp 3 miliar dari Center for Impact Investing and Practices (CIIP) dan Philanthropy Asia Alliance (PAA) pada 15 April di Singapura.

Fauzal Rizki, pendiri Sampangan, menjelaskan bahwa perusahaan menghasilkan karbon dan uap air dari berbagai jenis limbah, terutama biomassa dari pertanian, tanaman pangan, dan hutan, yang dapat dibuang atau dibakar. Karbon aktif dan uap air merupakan material yang memiliki aplikasi luas di berbagai industri, kata Rizki dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo, Minggu, 12 Mei 2024.

Rizki mengatakan, Sampangan melalui berbagai trial and error sebelum berhasil mengumpulkan dana sebesar 250 ribu dolar Singapura atau mendekati Rp 3 miliar. Menurutnya, ide utama Sampangan adalah menciptakan produk sirkular ekonomi dengan memanfaatkan sampah.

Dijelaskannya, uang hibah yang diterima Sampangan akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dari yang sebelumnya 10 ton karbon aktif per bulan menjadi 25 hingga 50 ton per bulan untuk memenuhi permintaan pasar.

Saat ini Sampangan fokus pada tiga tujuan bisnis, yaitu irigasi, pertanian, dan industri perunggasan. Dalam penjernihan air, produk Sampangan digunakan untuk menghilangkan kotoran yang ada di dalam air agar layak untuk dikonsumsi. Menurut dia, pengolahan air meliputi proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi sebelum didistribusikan.

Menurutnya, asap air Sampangan dapat digunakan sebagai alternatif bahan flokulasi (yang memisahkan kotoran dari air) dan koagulan (yang mengikat partikel koloid pada serpihan) yang ada di pasaran dan bahan tambahan dalam proses sedimentasi. Ia juga mengatakan luas permukaan dan daya serapnya tinggi. “Penting dalam proses penyaringan air dengan cara menyerap zat terlarut dan kotoran lainnya – digunakan sebagai elemen tambahan dalam proses sedimentasi,” ujarnya.

Selain itu, Rizki menjelaskan peran produk Sampangan dalam industri perunggasan seperti ayam pedaging dan ayam petelur. Mereka mengatakan produk Sampangan berupa asap cair mampu menurunkan kadar gas amonia di hampir 30 peternakan di Pulau Jawa.

Mencegah dan mengurangi kadar gas amonia di kandang akan membantu peternak mengurangi angka kematian, memelihara kandang ayam, mengurangi konversi pakan, meningkatkan kualitas ayam dan meningkatkan bobot ayam. “Hasil usahanya adalah petani mendapat tambahan pendapatan dan biaya tenaga kerja lebih rendah,” jelas Rizki.

Tidak sampai disitu saja, di bidang pertanian, Sampangan memiliki paket produk atau kombinasi yang disebut Sampangan Regenerative Agriculture Solution. Produk perbaikan lahan lainnya termasuk pupuk, herbisida, dan pestisida. Menurut Rizki, tujuan produk Sampangan bukan untuk memberi makan pada tanaman melainkan untuk meningkatkan kualitas tanah. “Kami percaya bahwa jika kita membantu tanah memulihkan unsur hara, maka tanah akan menjadi tanaman yang lebih baik, dan pada gilirannya, akan menghasilkan tanaman yang lebih baik,” katanya.

Rizki mengatakan, meski ada pemantauan terhadap pembeli beras di Bogor, jumlah panen di Sampangan meningkat dari 2,5 ton menjadi 6 ton per hektar; panen 23 persen lebih cepat dari 120 hari menjadi 92 hari; dan siklusnya meningkat 50 persen dari dua kali setahun menjadi tiga kali setahun. Dengan cara ini, jelas Rizki, omzet petani meningkat.

Karbonasi dengan teknik The Magic Box

Rizki menjelaskan startupnya memanfaatkan teknologi melalui penghasil sampah yang dikembangkan oleh Chief Scientist Sampangan Ishenny Mohd. Noor, yang telah memenangkan sembilan medali internasional atas keahlian teknisnya. “Melalui teknologi ini, Sampangan dapat mengubah segala jenis sampah menjadi produk ramah lingkungan dengan limbah yang minimal,” ujarnya.

Prosesnya disebut pemborosan. Rizki mengatakan, pengolahan sampah dilakukan melalui proses pemanasan, bukan pembakaran, sehingga emisinya sangat rendah. Ia mengibaratkan prosesnya seperti yang terjadi di rice cooker atau oven. Namun, lanjut Rizki, energi panas tidak berasal dari listrik atau bahan bakar seperti solar, bensin, gas atau lainnya yang ada di dalam mesin karbonisasi itu sendiri.

Rizki menyebut teknologi ini merupakan salah satu inovasi Sampangan dan menjadi solusi konsumsi panas dan listrik yang rendah. “Dampak emisinya juga rendah sehingga biaya produksi produk akhir lebih kompetitif dan efisien,” ujarnya.

Kombinasi tiga proses dalam satu teknik

Rizki menjelaskan, inovasi yang dilakukan Sampangan adalah integrasi tiga proses yakni pirolisis, gasifikasi, dan hidrolisis enzimatik dalam satu mesin.

Pirolisis adalah proses peleburan suatu zat menggunakan panas dalam kondisi oksigen terbatas, biasanya 700 derajat Celcius. Gasifikasi, sebaliknya, adalah proses pemisahan gas dari materi menggunakan panas, yang biasanya bersuhu 1200 derajat Celsius.

Rizki menjelaskan, gas tersebut menghasilkan tiga jenis gas, yakni steam yang aman bagi lingkungan; gas sintetik sebagai sumber energi panas untuk proses karbonisasi sampang; dan emisi gas rumah kaca seperti emisi gas rumah kaca dan gas-gas yang berbahaya bila dilepaskan langsung ke lingkungan.

Selain itu, Rizki memaparkan proses hidrolisis enzimatis dimana gas buang bereaksi secara biokimia dengan air dan biokatalis memisahkan gas buang tersebut menjadi produk alami yang disebut asap air terhidrolisis atau disebut juga cuka kayu.

Memberi dan menerima uang

Rizki mengatakan, bisnis barunya akan fokus pada penjualan barang-barang produksi ke konsumen. Pergerakan ini, kata Rizki, menjadi landasan industri Sampangan saat ini.

“Sampangan memiliki banyak model bisnis baru untuk dikembangkan ke depan, namun masih dalam tahap pengembangan,” ujarnya.

Menurut Rizki, masyarakat bisa mendekati produk Sampangan dengan berbagai cara. Ia menegaskan, Sampangan harus menghasilkan produk pembersih yang dapat digunakan masyarakat sehari-hari, produk pertanian segar untuk kebun dan pekarangan, serta pelembut air.

Sebelumnya, dua startup Indonesia, MYCL dan Sampangan, terpilih menjadi mentee program Amplifier oleh CIIP dan PAA. Keduanya mendapat uang masing-masing sebesar 250 ribu dolar Singapura atau hampir Rp 3 miliar.

“Kedua startup tersebut, MYCL dan Sampangan, dianggap sebagai inovator dalam pengelolaan limbah karena mereka mentransformasikan produk komersial sekaligus menanggapi isu-isu iklim dan lingkungan di Asia,” kata dan CEO Center for Impact Investments and Practices, Dawn Chan, dari Philanthropy Asia. . Ringkasan Acara 2024 Singapura 15 April 2024 diumumkan pada Selasa 23 April 2024.

Chan menjelaskan, MYCL dan Sampangan tidak hanya akan menerima pendanaan tetapi juga akan menerima lebih dari 30 pemimpin bisnis selama setahun. Menurutnya dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan usahanya dan mendapatkan hasil yang positif.

Chan menggambarkan proyek Amplifier sebagai program CIIP – bagian dari Temasek Trust – yang menggunakan pendekatan “keseluruhan ekosistem”. Program tersebut, jelas Chan, akan mempertemukan para ahli, mentor, dan sumber daya dari berbagai industri dan sektor untuk mendukung para startup dalam mengembangkan bisnisnya.

Ia menjelaskan, pendanaan katalis sebesar S$250.000 untuk setiap startup dipilih dari Mastercard Center for Inclusive Growth, mitra CIIP dan PAA.

“Mempromosikan startup-startup yang menjanjikan ini untuk memberikan hasil dan pendanaan yang nyata akan membutuhkan upaya dari ekosistem yang lebih luas,” katanya.

MYCL dan Sampangan terpilih bersama tiga startup, yaitu Circ dari Amerika Serikat yang mendaur ulang tekstil, GRST dari Hong Kong yang memproduksi baterai lithium-ion berkelanjutan, dan Mayani dari Filipina yang bergerak di bidang pertanian. Mereka memberikan solusi inovatif dalam menanggapi permasalahan lingkungan di wilayahnya.

Kelima startup tersebut lolos setelah menyaring 134 startup lain dari 35 negara di bidang energi, perlindungan pangan dan tanah berkelanjutan, perlindungan laut, dan daur ulang.

Di wilayah khusus Yogyakarta atau DIY, situasi darurat di bidang sampah belum sepenuhnya teratasi. Baca selengkapnya

Pemandangan lautan sampah di Sungai Citarum di bawah Jembatan Sapan tengah viral belakangan ini. Penjabat Gubernur Jawa Barat mencermati keadaannya. Baca selengkapnya

PTDI memperkirakan pasar taksi udara akan bernilai sekitar $33 miliar atau setara lebih dari Rp 500 triliun pada tahun 2050. Baca selengkapnya

Minat PT Dirgantara Indonesia adalah memproduksi produk otomotif seperti sepeda motor. Baca selengkapnya

Pemkot Depok akan mulai membuang sampah di TPPAS Lulut Nambo mulai tahun depan. Harga sewanya mulai Rp 125rb per ton. Baca selengkapnya

PT Intercrus Aero Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk mengembangkan dan menjual taksi udara. Baca selengkapnya

Permasalahan sampah di Yogyakarta belum usai pasca diterapkannya kebijakan desentralisasi sejak awal Mei lalu bersamaan dengan penutupan permanen Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan pada awal Mei 2024. Baca selengkapnya

Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah memperingatkan akan adanya tanggapan baru terhadap Korea Selatan jika terus melakukan provokasi.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menggandeng startup Qasir.id untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi 24 ribu usaha kecil dan menengah. Baca selengkapnya

Aither, startup besutan mahasiswa ITS, telah mengembangkan alat pembersih udara berbahan dasar mikroalga, tanaman air yang mampu menangkap CO2. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *