TEMPO.CO, Jakarta – Dokter jantung Tuku Istiya Muda Kardanan, lulusan Universitas Indonesia, berbagi beberapa ciri fisik yang harus diperhatikan oleh mereka yang berisiko mengalami serangan jantung mendadak. Kegiatan seperti olahraga
Dalam diskusi online di Jakarta, Selasa, gejala pertama yang harus diwaspadai adalah jika seseorang mengalami depresi secara tiba-tiba dan terus-menerus saat beraktivitas. “Pertama, orang yang tiba-tiba pingsan harus dicurigai mengalami serangan jantung mendadak sampai dipastikan. Jadi (masyarakat) harus hati-hati dengan lingkungannya,” kata Dani.
Gejala lain yang dialami penderita serangan jantung mendadak antara lain nyeri dada, sesak napas, kelelahan, dan detak jantung tidak teratur yang tidak dapat dijelaskan saat bergerak tanpa alasan yang jelas. Ketika suatu kejadian abnormal terjadi dalam kondisi normal, tubuh mengenali kelainan tersebut, sehingga masyarakat harus lebih memperhatikan kondisi fisiknya sebelum melakukan pekerjaan berat.
Selain itu, terdapat faktor risiko lain yang meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung mendadak, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol darah tinggi, merokok, dan konsumsi alkohol. “Hati-hati jika di keluarga ada riwayat anak muda meninggal karena serangan jantung, berarti kita berisiko tertular, serta riwayat kelainan jantung bawaan dan kebocoran katup jantung,” kata Dani.
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terhenti dan suplai oksigen terhenti sehingga menyebabkan jantung berdetak tidak teratur dan akhirnya berhenti bekerja. Kejadian tersebut terjadi relatif cepat, hanya 1-2 menit, sehingga dokter terpaksa segera mengambil tindakan
Kasus-kasus ini terjadi pada saat berolahraga, beraktivitas sehari-hari, bahkan pada saat tidur, dan sebagian besar menyerang pada usia yang relatif muda, yaitu di bawah 40 tahun. Di Indonesia tercatat 150.000 kasus serangan jantung atau serangan jantung setiap tahunnya, sedangkan 2 juta kasus serangan jantung tercatat setiap tahunnya.
Denmark merekomendasikan agar orang-orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga atau yang sering mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar atau nyeri dada untuk memastikan kesehatan jantungnya melalui tes laboratorium atau EKG. Keadaan jantung diperiksa untuk mengetahui adanya kelainan pada struktur jantung menggunakan EKG, elektrokardiogram, USG atau ekokardiografi.
Seorang ahli jantung mungkin memerlukan latihan treadmill, pemeriksaan gangguan atau aritmia saat berolahraga, pemantauan EKG 24 jam, pemantauan dumbbell, scan, atau kateterisasi jantung.
Pilihan Editor: Studi: Kemarahan Hanya 8 Menit Meningkatkan Risiko Serangan Jantung
Latihan burpee menggabungkan beberapa gerakan berbeda yang dilakukan secara berurutan, seperti melompat, sit-up, plank, dan push-up.
Salah satu lagu Frank Sinatra menjadi soundtrack atau OST serial populer Korea Selatan Squid Game. Ini lagu terbaik lainnya Baca selengkapnya
Ilmuwan Indonesia telah mengembangkan alat untuk mendeteksi penyakit jantung. Cocok digunakan oleh tenaga medis di pedesaan Baca selengkapnya
Jenis penyakit jantung yang paling sering menyebabkan serangan jantung adalah gangguan irama jantung (aritmia). Kenali gejalanya Baca selengkapnya
Ada banyak mitos tentang gagal jantung saat berolahraga, yang sepenuhnya salah. Baca selengkapnya
Para pelaku olahraga sebaiknya memperhatikan detak jantungnya agar tidak tiba-tiba berhenti
Penelitian menunjukkan bahwa pria dengan disfungsi ereksi berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung, serangan jantung, dan stroke. Cari tahu alasannya Baca lebih lanjut
Uapnya mempunyai efek yang kuat dalam pengencer darah, sehingga dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Baca selengkapnya
Ada cara lain agar hanya berolahraga dan makan sehat dapat bermanfaat bagi jantung Anda dengan cara yang mungkin tidak Anda duga. Baca Selengkapnya
Wakil Menteri Kesehatan menekankan bahwa membatasi konsumsi lemak trans akan menghemat triliunan rupiah sekaligus mengurangi risiko penyakit jantung. Baca selengkapnya