Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

NEWS24.CO.ID – Banyak pengungsi yang mengunjungi Museum Provinsi Sumatera Selatan saat kembali ke kampung halamannya di Palembang. Wisatawan juga banyak yang datang dari luar kota bahkan dari luar negeri seperti China, Singapura, dan Malaysia.

Di tahun Pada Rabu sore, 17 April 2024, pihak pengelola museum menerima kunjungan Pj Kurator Agus Fatoni beserta jajarannya. Agus mengamati setiap showroom yang ada di gedung itu. Bahkan, museum ini tidak hanya memiliki artefak sejarah seperti gerabah, gerabah, dan haluan kapal saja, melainkan terdapat dua bangunan bersejarah yang berusia ratusan tahun.

Bangunan bersejarah tersebut adalah rumah limas, yaitu rumah kayu beratap jerami. Rumah Limas merupakan tempat tinggal tradisional masyarakat palembang dan Ilyran. Bangunan ini terletak di bagian belakang museum yang dikenal juga dengan nama Museum Balaputra Dewa di Jalan Srijaya 1 Palembang.

Saking terkenalnya gedung ini, menjadi latar belakang gambar uang kertas Rp 10.000 terbitan tahun 2005 dan 2010. Sebelumnya, pada tanggal 29 Agustus 1995, Ratu Beatrix Wilhelmina Armgaard dari Belanda dan suaminya, Pangeran, mengunjungi Casa de Limas. Claus von Amsberg Sejarah Rumah Limassol.

Beni Pramana Putra, dosen Museum Provinsi Sumsel menjelaskan, keduanya merupakan rumah piramida Pangeran Syrif Abdullah Rahman Al-Habisi dan Pangeran Syrif Ali.

Di Museum Balaputra Dewa terdapat ruang pengukuran pengantin di rumah Limas di Palembang. Rumah khas palembang ini dibangun pada tahun 1830 oleh Pangeran Serif Ali. Tempo/Parliza Hendrawan

Benny mengatakan, Kamis, 18 April 2024, “Rumah piramid di depannya tadinya berada di kawasan Benteng Kuto Besak yang dibangun pada tahun 1833.”

Di belakangnya terdapat rumah piramid milik Pengeran Sharif Ali yang dibangun pada tahun 1830 dan tampak kuno. Dalam perkembangannya, Rumah Piramida beberapa kali berpindah tangan dan akhirnya menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa pada tahun 1985 hingga ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia (WBTB) pada tahun 2014.

Chandra Amprayadi, Kepala UPTD Museum Provinsi Sumsel, mengatakan pihak museum telah menerbitkan buku Casa de Limas koleksi Museum Provinsi Sumsel yang mengupas tentang kedua rumah tersebut. Rumah Limassol Merupakan salah satu koleksi mahakarya yang dimiliki Museum Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 1985.

Kisah dua rumah di Limassol

Rumah Pangeran Sherif Abdul Rahman Al Habsi memiliki sejarah kepemilikan dan fungsi yang panjang. Rumah ini dibangun pada tahun 1833 di kawasan Benteng Kuto Besak di jantung kota Palembang. Selanjutnya rumah ini dibeli oleh Kepala Marga Sira Pulau Padang Pangaran Batu dan dipindahkan ke Desa Sira Pulau Padang yang kemudian dibeli oleh Kepala Suku. Suku Pemulutan, Pangaran Punto (1872–1911), dan pindah ke desa Talang Pangaran.

Setelah Gemeentebestuur Palembang dibeli dari Pangeran Punto pada tahun 1930 (versi lain menyebutkan bahwa rumah ini merupakan warisan), sekitar dua tahun kemudian (1932), rumah ini dipindahkan ke Jalan Slussweg, di belakang kantor perpipaan, dan diresmikan. Menurut Museum Huis Palembang pada tanggal 22 April 1933.

Rumah Pangeran Sirif Ali Dibeli dari ahli warisnya pada tahun 1936 dan dipindahkan ke belakang kantor perpipaan, bersama rumah Pangeran Sirif Abdurrahman Al-Habisi, menggunakan koridor. Kedua rumah ini berfungsi sebagai museum setidaknya hingga tahun 1982 ketika berganti nama menjadi Museum Rumah Barry Palembang.

Rumah Limas Barry milik Lusianti, seorang saudagar Palembang. Sebelum pindah ke Jalan Sek Bakar, ia membeli rumah ini di dekat Pasar Kuto. (Tempo/Parliza Hendrawan) Casa de Limas hari ini

Selain lahan museum, terdapat juga sejumlah dunia usaha dan organisasi masyarakat yang terlibat dalam pemeliharaan rumah piramida tersebut. Diantaranya adalah Lucianti dan Albahori. Kedua pedagang ini telah tinggal di Limassol selama bertahun-tahun setelah memperolehnya dari pemilik aslinya.

Limas Barry House yang sebelumnya diketahui berlokasi di kawasan Palmbang Pasar Kuto kini berpindah ke Jalan Sek Bakar Bukit Besar. Rumah dua lantai ini memiliki luas 1.200 meter persegi, lebar rumah 17,5 meter, dan panjang 28 meter.

Rumah Limassol Albahori menarik karena memenuhi ketiga kriteria: tua, klasik, dan unik. Disebut kuno karena rumah baru ini dibangun pada akhir abad ke-18 pada masa letusan Gunung Krakatau, dan dalam desain serta penggunaannya, kayu tembesu lokal dan kayu yang belum disobek kini sudah langka.

Rumah limas ini dikatakan tergolong langka karena bahan kayu tembesu untuk dinding, balok dan rangka kayu untuk atap, serta ornamen ukiran pada pintu dan jendela konon merupakan hasil ukiran sejak zaman dahulu. Nilai artistik. Ditambahkannya, disebut klasik karena tidak ketinggalan jaman, masih eksis dan memiliki daya tarik wisata.

Pilihan Redaksi: Kerajinan tangan khas palembang, ada Tanjak Karya Cek Eri yang bisa dipesan custom.

BRIN kembali mengungkap rencana pembangunan museum baru untuk menampung seluruh koleksi dan kekayaan negara yang masih tersebar di seluruh daerah. Baca selengkapnya

Inspektur II Kementerian Dalam Negeri Abduruf Damenta ditunjuk sebagai Pj Wali Kota Palembang menggantikan Ratu Dewan. Pesan tersebut disampaikan Plt Gubernur Sumsel Agus Fatoni. Baca selengkapnya

Seperti pantai kebanyakan, Pantai Bidadari memiliki hamparan pasir putih untuk bermain bola, tidur, dan berjemur.

Dinas Sumber Daya Manusia Kota palembang membuka bursa kerja atau lowongan kerja dalam rangka HUT Kota palembang yang ke 1341. Baca selengkapnya

Penumpang KAI Divre III Palembang tercatat sebanyak 22.057 penumpang, meningkat 1.394 penumpang atau 7 persen dibandingkan Idul Adha 2023. Baca selengkapnya.

Gubernur Sumsel Agus Fatoni menunjuk Inspektur II Kementerian Dalam Negeri Abduruf Damenta sebagai Pj Wali Kota Palembang dan melantik Ratu Dewan. Baca selengkapnya

Sebanyak 10.000 warga Kota Palembang memadati Masjid Raya dan Jembatan Ampera, kata Kepala Lalu Lintas AKBP Yeni Diarti. Baca selengkapnya

KAI Divre II Palembang mencatatkan peningkatan penumpang dalam empat hari terakhir yakni 11 ribu penumpang jelang Idul Adha 2024.

Mahesa Janar, Pemilik Kedai Kopi Mibar, membela kenaikan harga kopi dengan menggunakan rempah-rempah.

Polrestabes dan Dishub Kota Palembang akan menutup Jembatan Ampera selama 3 jam untuk salat Idul Adha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *