Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

TEMPO.CO, Jakarta – Konferensi donor internasional di Kuwait pada Minggu menjanjikan bantuan lebih dari $2 miliar ke Gaza, atau sekitar Rp 32 miliar, seiring dengan seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk gencatan senjata “segera” dalam serangan Israel di Gaza.

Dalam konferensi yang diselenggarakan oleh International Islamic Charity Organization (IICO) dan Badan Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA), disebutkan bahwa dana tersebut akan disalurkan dalam waktu dua tahun, dan tidak menutup kemungkinan jangka waktunya akan diperpanjang.

Inisiatif ini dirancang untuk “memobilisasi upaya mendukung intervensi kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa di Jalur Gaza dan mendukung prospek pemulihan dini bagi penduduknya,” kata General Manager IICO Bader Saud Al-Sumait.

Saat membacakan pernyataan akhir konferensi, Sumait mengatakan konferensi tersebut akan diterapkan pada lima jalur berbeda – “intervensi penyelamatan jiwa, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi”.

Guterres menyerukan segera diakhirinya perang, kembalinya sandera yang ditahan di Gaza dan “peningkatan” bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina yang terkepung.

“Saya ulangi seruan saya, seruan dunia untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan peningkatan segera bantuan kemanusiaan,” kata Guterres melalui pesan video.

“Tetapi gencatan senjata hanyalah permulaan. Ini akan menjadi jalan panjang untuk pulih dari kehancuran dan trauma perang ini,” tambahnya.

Serangan Israel di Gaza berlanjut pada hari Minggu setelah Israel memperpanjang perintah evakuasi dari Rafah meskipun ada kecaman internasional atas serangan militernya di bagian timur kota tersebut. Serangan ini secara efektif menutup jalur bantuan utama ke Gaza.

“Perang di Gaza menyebabkan penderitaan yang mengerikan bagi manusia, menghancurkan kehidupan, menghancurkan keluarga dan menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal, kelaparan dan trauma,” kata Guterres.

Saat bertemu dengan Emir Kuwait, Sheikh Mashal Al-Ahmad Al-Sabah, Sekretaris Jenderal PBB menerima perisai kehormatan “atas nama PBB dan khususnya atas nama hampir 200 anggota PBB yang terbunuh di Gaza.”

Di Nairobi pada hari Jumat, Guterres memperingatkan bahwa Gaza akan menghadapi “bencana kemanusiaan yang besar” jika Israel melancarkan operasi darat skala besar di Rafah.

Perang paling berdarah di Gaza dimulai setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.139 orang, menurut perkiraan resmi Israel.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Israel melancarkan serangan balasan di Gaza yang menewaskan lebih dari 35.034 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Pilihan Editor: Tentara Israel mengepung Gaza dari utara ke selatan, kondisinya semakin sulit bagi warga Palestina

BERITA ARAB

Sejumlah pemimpin negara Eropa mengaku siap mendukung kemerdekaan Palestina yang tengah mengalami genosida Israel. Baca selengkapnya

Erdogan mengutuk keras serangan Israel di Gaza. Ia menyebut Netanyahu adalah vampir yang menghisap darah warga Palestina. Baca selengkapnya

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disuruh mengundurkan diri karena tidak mampu berperang dengan Hamas. Baca selengkapnya

Tagar All Eyes on Rafah bergema di kalangan pengguna media sosial di seluruh dunia. Israel membalas pada tanggal 7 Oktober dengan tagar Where were you? Baca selengkapnya

Agnez Mo menjadi bulan-bulanan netizen usai mengakhiri perang ketika masyarakat dunia menganggap pembantaian anak di Rafah sebagai genosida. Baca selengkapnya

Dari hasil penyelidikan terbaru polisi Israel, terungkap dua tentara Israel yang memukuli seorang tahanan Palestina hingga tewas. Baca selengkapnya

Israel merebut zona penyangga perbatasan Gaza dengan Mesir untuk melancarkan operasi darat skala besar di Rafah. Baca selengkapnya

KBRI Timur Tengah telah menyiapkan rencana darurat keamanan WNI di tengah kemungkinan meluasnya konflik Israel-Hamas di Gaza. Baca selengkapnya

Warga Rafah berusaha bertahan hidup dengan mengais sisa makanan dan hidup di antara sampah. Baca selengkapnya

Menurut RRT, banyak orang yang “dibakar hidup-hidup” di dalam tenda. Pembantaian di kamp pengungsi Rafah memicu reaksi keras global terhadap Israel. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *