Ekonom Dukung Kritik Faisal Basri terhadap 3 Menteri yang Bersaksi soal Politisasi Bansos di MK

TEMPO.CO, Jakarta – Ekonom Faisal Basri mengkritik kritik ekonom Faisal Basri terhadap tiga menteri yang memberikan keterangan di Mahkamah Konstitusi (MK).

Yusuf menilai pernyataan ketiga menteri tersebut di hadapan majelis hakim Mahkamah Konstitusi mengecewakan masyarakat karena tidak secara jelas menyinggung kesejahteraan sosial atau politisasi kesejahteraan sosial.

Politisasi kesejahteraan sosial pada Pilpres 2024 sangat tidak senonoh, banyak kejadian yang diperlihatkan dan didukung dengan segudang fakta yang bahkan membantah pernyataan menteri tersebut, kata Yusuf dalam pesannya kepada Tempo, Selasa, 16 April 2024.

Tiga menteri yang sebelumnya dikritik Faisal Basri adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhjir Effendi, dan Menteri Keuangan Mulani Indrawati.

Yusuf mengatakan, klaim Airlangga yang menyebut El Niño sebagai penyebab utama bansos ad hoc merupakan argumentasi yang lemah dan menyesatkan karena terlalu banyak didasarkan pada data.

“El Niño memang menurunkan produksi padi kita, tapi jumlahnya terlalu berlebihan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dampak El Niño terhadap produksi beras nasional bisa bersifat moderat, hal ini terlihat dari inflasi tahun 2023 yang hanya sebesar 2,31 persen, terendah dalam 23 tahun terakhir. Menurutnya, bansos reguler biasanya cukup untuk jaminan sosial

“Bantuan sosial ad hoc, apalagi dalam skala besar, hanya dibenarkan jika terjadi krisis ekonomi yang tidak terduga, seperti saat pandemi,” ujarnya.

Selain itu, Yusuf juga mengkritisi Muhadir Effendi karena bansos tidak berpengaruh terhadap perolehan suara Jodi 02, Pravo Subianto-Gibran Rakabuming Raqqa pada Pilpres 2024, selain keuntungan elektoral yang diterima: Rasio bansos penerima pemilu

Ia menjelaskan, dengan pemberian bansos kepada 22 juta keluarga miskin dan rentan yang tergabung dalam Keluarga Penerima Bantuan Sosial (KPM), bansos tersebut berpotensi menjangkau sekitar 62 juta calon pemilih atau 30 persen dari total pemilih.

“Pada Pilpres 2024, kita melihat ada keterkaitan yang kuat antara perolehan suara pasangan Pravo-Gibran dengan sebaran penerima kesejahteraan,” ujarnya.

Tak cukup sampai di situ, ia juga menyoroti pernyataan Trai Rismaharini yang menunjukkan bahwa pembayaran bansos biasanya dilakukan dalam bentuk uang yang ditransfer langsung ke rekening penerima. Oleh karena itu, lanjut Yusuf, tidak boleh ada acara formal dalam penyaluran bansos setelah tahun 2021.

Padahal, kata dia, penyaluran bantuan sosial ad hoc selalu dibarengi dengan acara seremonial besar-besaran yang dilakukan oleh perwakilan partai politik yang terkait dengan Pravo-Gibran, yakni Presiden Joko Widodo. Atau Jokowi

Selain tujuan mempolitisasi kesejahteraan untuk keuntungan pribadi elektoral, presiden dan menteri dari dua partai politik pendukung lainnya harus mendahului pembagian kesejahteraan dalam sebuah upacara, katanya.

Sebelumnya, Faisal Basri, Ekonom Senior Universitas Indonesia, beberapa waktu lalu menanggapi pernyataan empat menteri kabinet Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam sidang sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi. Ia mengkritik tiga menteri dan memuji seorang menteri yang bersaksi saat itu.

Ucapan Faisal itu terungkap dalam podcast YouTube Bambang Wizozanto yang diunggah pada 13 April 2024. Menurut Faisal, ketiga menteri yang hadir dalam sidang tersebut memberikan kesaksian seolah-olah sedang membacakan Pidato Kenegaraan.

“Biasanya dia tidak membaca, kecuali Bu Risma. Dua menteri koordinator dan satu menteri keuangan hanya membacakan pidato kenegaraan. Semuanya asik dan keren sekaligus ingin menyikapi dinamika ujian. Makanya kita jelaskan semua tentang indahnya Indonesia, jaminan sosialnya macam-macam, kata Faisal di channel YouTube Bambang Wizozanto.

Dalam pertemuan tersebut, Faisal mengatakan ketiga menteri tersebut menjelaskan betapa baiknya pemerintah memberikan sesuatu kepada masyarakat, termasuk kesejahteraan sosial atau sekedar kesejahteraan sosial. Faktanya, pemerintah sejauh ini telah memenuhi tugasnya.

“Semua orang diberitahu betapa murah hati pemerintah. Padahal sudah kami sampaikan bahwa itu adalah tugas inheren negara, ada sistem pasar, ada juga jaminan sosial atau jaring pengaman sosial. Beliau mengatakan: “Anda belum menggunakan poin-poin penting dari permasalahan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi. .”

SAVERO ARISTIA WIENANTO DESTY LUTHFIANI

Kiat editor: Bahil menolak ditawari jabatan ketua menteri lagi: Saya orang desa

Pakar Politik dan Pemerintahan UGM, Abdul Ghafar Karim, mengatakan sidang sengketa pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi turut menurunkan suhu pemilu. Baca selengkapnya

Nimtul Hooda, pakar konstitusi UII Yogyakarta, menilai keputusan Mahkamah Konstitusi dalam sengketa pemilu presiden didasarkan pada pendekatan hukum formal yang ketat. Baca selengkapnya

Chofifa menyatakan akan kembali mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Jawa Timur pada Pilkada 2024

Nimatul Huda menilai pernyataan Hakim Konstitusi Arsul Sani yang menyebut adanya politisasi bansos tidak dapat dibuktikan tidak dapat diterima. Baca selengkapnya

Menteri Keuangan Shri Mulani Indravati mengumumkan kenaikan BI rate sebesar 6,25 persen akan berdampak pada APBN, khususnya penerimaan pajak. Baca selengkapnya

Pilkada 2024 akan dilangsungkan pada 27 November, bersamaan dengan masa jabatan presiden terpilih. Baca selengkapnya

Menteri Keuangan Shri Mullaney mengatakan rupee terdepresiasi sebesar 2,89 persen pada kuartal I 2024 yang berakhir 28 Maret 2024. Baca selengkapnya

Menteri Keuangan Mulaney mengatakan sistem keuangan Indonesia akan tetap stabil pada kuartal I 2024. Baca selengkapnya

Mulaney mengatakan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan tetap relatif stabil, dengan sejumlah risiko dan tantangan pembangunan. Baca selengkapnya

Perwakilan KPU itu menegaskan, sidang di Mahkamah Konstitusi sudah dipersiapkan sejak awal. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *