Eks Rektor Universitas Pancasila Belum Jadi Tersangka Kasus Pelecehan, Kuasa Hukum Korban Duga Ada Intervensi Petinggi Polri

TEMPO.CO, Jakarta – Polda Metro Jaya hari ini, Rabu, 19 Juni 2024 memeriksa dua perempuan yang diduga menjadi korban kekerasan seksual mantan Rektor Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno. Pengacara korban, Yansen Ohoirat, meragukan adanya intervensi dalam pengobatan tersebut. Kasus ini beralih dari petinggi kepolisian hingga TNI. Pasalnya, meski kasus ini sudah diusut, Eddie Toet belum ditetapkan sebagai tersangka.

Yansen menilai intervensi tersebut terlihat nyata karena adanya perbedaan waktu saat hasil pemeriksaan korban diumumkan oleh RS Polri dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A). Dia mengatakan pemeriksaan pertama kali dilakukan oleh RS Polri, namun P3A merilis hasilnya sebelum RS Polri.

“Prosesnya memakan waktu lama dan diduga ada intervensi dalam hal ini. Nah, intervensi ini harus kita jaga bersama-sama, karena ini menyangkut harkat dan martabat perempuan sebagai korban, kata Yansen saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, 21 Juni 2024.

Selain itu, Yansen mengungkapkan dugaan intervensi juga terlihat saat Edie Toet memanggil korban untuk melakukan mediasi di Mal Pondok Indah Jakarta. Saat itu, kata Yansen, Edie menelepon beberapa stafnya. Ia mengatakan, dalam mediasi tersebut, Edie mengaku telah bertemu dengan sejumlah petinggi Polri dan TNI.

“Terlapor kenal dengan petinggi Polri dan TNI. Itu sudah disampaikan. Jadi itu yang membuat kami curiga, ya kami curigai ada kaitannya dengan lambatnya proses ini.” dia berkata

Sebelumnya, Edie Toet Hendratno dilaporkan ke Polda Metro Jaya dan Mabes Polri atas dugaan kekerasan seksual di kampus. Laporan ini disiapkan oleh RZ dan DF. Edie Toet disangka melanggar Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2022 tentang kekerasan seksual dalam tindak pidana (TPKS).

Permohonan RZ diajukan dengan nomor LP/B/193/I/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA pada tanggal 12 Januari 2024. Dalam permohonannya disebutkan, peristiwa pelecehan seksual dialami pada awal Februari 2023, saat terlapor menelpon. korban masuk ke kamar karena alasan pekerjaan.

Laporan berikutnya menyusul dari istri inisial DF Bareskrim Polri dengan nomor LP/B/36/I/2024/SPKT/Bareskrim Polri tanggal 29 Januari 2024 terkait kasus yang sama.

Kuasa hukum Edie Toet, Faisal Hafied menuding kasus ini bermuatan politik dan mengaitkannya dengan pemilihan Rektor Universitas Pancasila. Faisal meyakini ada tanda-tanda politisasi dalam kasus ini dan berencana mengungkap bukti-bukti yang mendukung klaim tersebut. Sisi politik sangat kuat pada pemilihan awal Rektor Universitas Pancasila, kata Faisal saat dikonfirmasi Tempo, Sabtu, 15 Juni 2024.

Sementara Polda Metro Jaya sudah membawa kasus ini ke tahap penyidikan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kompol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, berdasarkan bukti-bukti berupa informasi dan fakta yang dikumpulkan, polisi menetapkan adanya dugaan tindak pidana terkait peristiwa yang dilaporkan korban.

Berkembangnya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan rektor salah satu perguruan tinggi swasta membuat kasus tersebut naik ke penyidikan, kata Ade saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jumat, 14 Juni 2024.

DEFARA DHANYA | ALPIN PULUNGAN

Pilihan Redaksi: Kapolda Jateng Sebut Tersangka Pengeroyokan Bos Rental Mobil Sukolilo Pati Bisa Bertambah

Firli Bahuri masih berpeluang kembali diperiksa penyidik ​​Polda Metro Jay. Baca selengkapnya

Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menjawab pertanyaan anggota DPR soal kinerja lembaganya dalam membantu penangkapan buronan narkoba Fredy Pratama. Baca selengkapnya

Mendagri kini tengah mempertimbangkan sanksi bagi pejudi jaringan ASN, sedangkan bagi TNI-Polri mulai dari pemecatan hingga tindak pidana. Baca selengkapnya

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto mengatakan, ada 5.000 akun yang terlibat dalam aliran uang taruhan online. Bareskrim diminta mengusut. Baca selengkapnya

Ari Bias geram karena merasa diabaikan oleh Agnez Mo terkait dugaan pelanggaran hak cipta. Baca selengkapnya

Website BAIS TNI dikabarkan diretas menyusul terganggunya Pusat Data Nasional (PDN) akibat serangan siber ransomware. Baca selengkapnya

Dari total 22 korban tewas dalam kebakaran pabrik tersebut, delapan orang merupakan warga negara Tiongkok, dua orang warga negara Korea Selatan, dan satu orang warga negara Laos. Baca selengkapnya

Kepala Pusat Penerangan TNI menyatakan, tim siber masih mendalami dugaan peretasan data TNI dari BAIS. Baca selengkapnya

S, 55, dibunuh oleh putri kandungnya KS (17), ditikam sebanyak dua kali dengan pisau dapur. Baca selengkapnya

Kasus dugaan pelecehan seksual terhadap mantan Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno sudah memasuki tahap penyidikan. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *