Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

TEMPO.CO, Yogyakarta – Kabupaten Bantul, kabupaten istimewa Yogyakarta, tak hanya terkenal dengan keindahan pantai dan hutan alamnya. Di kawasan Paros, Tertoharjo, Kreta juga terdapat kawasan wisata Paros Maritime Mangrove Kano yang patut untuk dicoba karena murah namun menawarkan sensasi seru.

Selama wisata kano ini, pengunjung menikmati pemandangan rimbunnya hutan bakau yang luasnya kurang lebih empat hektar. Hamparan persawahan yang hijau dan angin kencang memberikan rasa sejuk saat Anda berada di kawasan ini. Pengunjung juga dapat melihat berbagai spesies burung penduduk seperti bangau bahkan hewan lain seperti kadal.

Diluncurkan pada tahun 2022, kawasan wisata ini memungkinkan pengunjung menjelajahi ekosistem di sepanjang Sungai Winongo hingga muaranya di Pantai Paros Samas yang kaya akan keanekaragaman hayati. Program wisata

Situs ini juga mempromosikan ekowisata, konservasi mangrove dan memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat lokal. Wisatawan dapat merasakan berbagai tawaran wisata yang tersedia.

“Paketnya ada dua tergantung durasinya, yakni rute panjang dua kilometer dengan waktu tempuh satu jam dan harga Rp 50.000 per orang, serta rute pendek sekitar setengah jam dengan jarak tempuh 500 meter dan jarak tempuh 500 meter. harga 25 ribu rupiah per orang.

Pada perjalanan jarak jauh, wisatawan bisa mendapatkan minuman dan mie instan. Pengunjung akan mendapatkan dokumen foto gratis pada kedua paket tersebut.

Ari menambahkan, keselamatan wisatawan tetap menjadi prioritas utama dalam perjalanan kali ini. Pihak pengelola telah memperingatkan delapan orang untuk memberikan instruksi kepada wisatawan mana pun yang menggunakan perahu tersebut. Pengunjung juga diberikan perlengkapan keselamatan seperti jaket pelampung dan helm.

“Pemandu juga memberikan informasi mengenai jenis pohon yang kami lewati selama perjalanan,” imbuhnya. Wisatawan terbatas

Saat ini, kendaraan yang menampung 13 kapal tersebut terus membatasi jumlah wisatawan maksimal 50 hingga 60 wisatawan per hari demi menjaga kelestarian lingkungan.

Wisata kano ini merupakan inisiatif warga sekitar sebagai respons terhadap dampak pandemi COVID-19. Pada awalnya banyak investor dari luar negeri yang tertarik mengembangkan pariwisata dengan menjual pemandangan kawasan. Namun setelah dilakukan penilaian, jika diserahkan kepada investor, warga hanya akan menjadi pengamat belaka.

Oleh karena itu tercetuslah ide untuk melakukan perjalanan ini agar wisatawan dapat menikmati pemandangan di bawah atau di atas air sungai dengan menaiki perahu karet.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta juga ikut membantu dengan memberikan dana khusus kepada warga untuk perlengkapan tambahan, antara lain 10 buah kano, 11 dayung, 10 buah jaket pelampung, 22 pasang sepatu, dan 10 buah helm.

Pilihan Editor: 1+3 jam setelah rehat, ribuan wisatawan masih berbondong-bondong ke Pantai Parangtritis Yogyakarta hingga malam hari

Dunia perfilman dan teater Indonesia akan selalu mengenang jasa pendiri teater populer, Teguh Kariya. Ini profilnya. Baca selengkapnya

Sejumlah nama anak muda mendapat suara yang sangat besar di survei Pilkada Yogyakarta 2024 Baca selengkapnya

Kawasan Philosophy Hub khususnya mempunyai kondisi geografis, geologi, hidrologi dan demografi yang memungkinkan terjadinya bencana. Baca selengkapnya

UNESCO mengakui Poros Filsafat Yogyakarta, yaitu garis khayal dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, dan Pangung Krapiak yang berakhir di Laut Selatan. Baca selengkapnya

Puncak aktivitas kemahasiswaan di Jigaya terjadi pada tanggal 8 Mei 1998 setelah salat Jum’at. Korban Musa Gatotkaka mengalami luka berat. siapa yang bertanggung jawab? Baca selengkapnya

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. apa alasannya? Baca selengkapnya

Parit Van der Wijk berperan penting dalam penyediaan irigasi di Sulaiman, Yegyakarta. Itu dibuat pada masa pemerintahan Seri Sultan Hamengku Buwon VIII. Baca selengkapnya

Yogyakarta sebagai destinasi wisata juga terdampak dengan persoalan sampah yang belum terselesaikan pasca ditutupnya TPA Pyongan. Baca selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono Baca selengkapnya

Bandara Internasional Yogyakarta saat ini belum memiliki asrama peziarah. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *