Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

TEMPO.CO, Jakarta – Dr. RS Cipto Mangunkusum RM Suryo Anggoro KW, dokter spesialis reumatologi penyakit dalam, mengatakan remisi lupus belum tentu sama dengan menghentikan pengobatan.

“Kalau sudah remisi, bukan berarti obatnya berhenti. Perlu dipertahankan dalam jangka waktu tertentu sampai remisi berlanjut, baru kita bisa mengurangi dosisnya, mungkin suatu saat akan dihentikan,” kata Suryo di Workshop Lupus RSCM pada hari Senin tanggal 13 Mei 2024

Remisi, atau titik di mana gejala lupus sudah minimal, kata Suryo. Kondisi ini bisa dicapai tanpa menunggu pengobatan dalam jangka waktu tertentu. Dokter biasanya bertujuan untuk mencapai remisi lupus sebanyak mungkin pada bulan keenam pengobatan, terutama pada pasien dengan gejala penyakit ginjal. Namun seiring berjalannya waktu, dokter dapat menentukan keadaan remisi dengan lebih cepat, dengan mempertimbangkan perhitungan kondisi pasien.

“Jadi ketika dokter menyatakan lupus sudah dalam tahap remisi, bukan berarti pengobatannya dihentikan,” kata Sorio.

Suryo berharap para penyintas lupus tetap menjaga kebugaran tubuhnya untuk mencegah gejala lupus terulang kembali dan tetap melanjutkan pengobatan setelah berkonsultasi dengan dokter. “Tentunya jika ada keluhan, hubungi dokter umum terlebih dahulu. Nanti akan ditentukan apakah itu penyakit tertentu atau bukan, atau pasien akan dirujuk ke fasilitas pengobatan lain,” jelasnya.

Dalam kutipan situs Kementerian Kesehatan, gejala penyakit lupus merupakan hal yang umum terjadi. Lupus adalah penyakit peradangan kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Beberapa gejala umum penyakit lupus antara lain:

Ruam Kulit Lupus ditandai dengan ruam seperti kupu-kupu di pipi dan pangkal hidung, yang dikenal sebagai ruam kupu-kupu atau ruam malaria. Namun, tidak semua penderita mengalami ruam ini.

Kelelahan yang ekstrim: Kelelahan berlebihan yang sulit diatasi merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien lupus dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Nyeri Sendi dan Bengkak Penderita lupus seringkali mengalami nyeri sendi dan bengkak, terutama pada bagian tangan dan kaki. Gejala-gejala ini dapat membatasi pergerakan dan membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit.

Gangguan pada organ tubuh lain Lupus juga dapat menyerang organ lain, seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan otak, serta menimbulkan gejala yang berbeda-beda tergantung organ mana yang terkena. Lupus diobati untuk mengendalikan peradangan, meringankan gejala, dan mencegah kerusakan organ.

Pilihan Editor: Para ahli memperingatkan bahwa gejala lupus pada anak-anak mungkin lebih parah dibandingkan pada orang dewasa

Suplemen yang diklaim dapat meningkatkan kekebalan tubuh sebaiknya dihindari pada penderita lupus. Baca selengkapnya

Hari Lupus Sedunia melihat dari penuturan seorang dokter di RS Pondok Indah bahwa Lupus adalah penyakit kambuhan yang akan datang dan pergi begitu didiagnosis. Baca selengkapnya

Pada tahun 2024 Pada tanggal 10 Mei, Hari Lupus Sedunia, banyak orang yang perlu mengenali lupus. Lupus merupakan penyakit yang tergolong penyakit autoimun. Baca selengkapnya

Komik Lupus untuk anak-anak ini merupakan buku kedua. Buku pertamanya dikatakan menarik pasar dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 5 bahasa. Baca selengkapnya

Hampir 5 juta orang di seluruh dunia menderita lupus, 1,5 juta di antaranya tinggal di Amerika Serikat saja. Cari tahu apa arti tahun 2024 Hari Lupus Sedunia. Baca semuanya

Pelajari lebih lanjut tentang gejala lupus dan kemungkinan komplikasinya. Apa saja tanda-tanda awal penyakit lupus? Baca selengkapnya

Lupus merupakan penyakit autoimun dengan gejala penyakit kulit, demam, nyeri sendi, rambut rontok, dan gangguan saraf. Baca selengkapnya

Dokter anak menjelaskan, gejala lupus pada anak biasanya lebih parah dibandingkan pada orang dewasa. Baca selengkapnya

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan 11 pertanyaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis diri lupus pada anak usia dini. Baca selengkapnya

Dokter anak mengatakan anak perempuan mempunyai risiko 9:1 lebih tinggi terkena lupus dibandingkan anak laki-laki. Itu sebabnya. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *