Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

TEMPO.CO, Jakarta – Koalisi Prabowo, presiden terpilih pada Pilpres 2024, semakin menjadi kenyataan. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyambut baik partai politik lain yang masuk dalam koalisi pemerintahannya menyusul penunjukannya sebagai Presiden terpilih pada Rabu, 24 April 2024. Usai dilantik sebagai presiden terpilih, Prabowo bertemu dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

Sebelumnya, Wakil Ketua Partai Gerindra Habiburokhman memberi isyarat bahwa Prabowo akan membentuk koalisi yang kuat untuk mengawal pemerintahannya di masa depan. Koalisi kental ini akan terdiri dari Koalisi Indonesia Maju dan beberapa partai politik pendukung calon presiden saingannya, Prabowo, pada Pilpres 2024. Termasuk PKS?

Di bawah ini adalah tanggapan para pengamat terhadap koalisi Prabowo di masa depan, yang mungkin akan terlihat berani.

1. Pengamat Asrinaldi: Agar pemerintahannya ke depan lebih lancar

Pengamat politik Universitas Andalas Padang, Asrinaldi, mengatakan upaya Prabowo membuka pintu koalisi besar agar pemerintahannya di masa depan lebih stabil. “Prabowo pasti ingin penyelenggaraan pemerintahan berjalan baik, tanpa ada hambatan dari partai politik yang juga memenangkan pemilu parlemen,” kata Asrinaldi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis, 25 April 2024.

Menurutnya, Prabowo sangat membutuhkan kekuatan politik yang besar untuk melaksanakan program-program prioritas yang dicanangkan pada kampanye presiden 2024, termasuk melanjutkan kerja-kerja Presiden Joko Widodo. Asrinaldi pun menolak anggapan akan adanya perbedaan perlakuan antara partai lama Koalisi Indonesia Maju (KIM) dengan partai yang baru bergabung setelah Prabowo-Gibran dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2024.

2. Pengamat Ujang Komaruddin: Prabowo ingin mendominasi parlemen

Mengutip Koran Tempo edisi 25 Maret 2024, Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, menilai Prabowo Gibran membutuhkan koalisi tambahan jika ingin mendominasi parlemen. Koalisi yang kuat menjadi kebutuhan pemerintahan Prabowo Gibran agar Kabinet dan Parlemen aman, kata Ujang, Minggu, 24 Maret 2024.

Ia menduga kuat bahwa Prabowo akan mendukung semua partai di DPR. Prabowo tentu akan kesulitan memenuhi janji politiknya jika tidak mendapat dukungan kuat di parlemen. Namun, menurut Ujang, keadaan ini sangat berbahaya jika pengelola hanya mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok.

Lembaga eksekutif cenderung menyalahgunakan kekuasaan dan wewenangnya seiring melemahnya pemerintahan DPR. “Tidak akan ada checks and balances. Kemudian oposisi akan beralih ke masyarakat sipil dan akademisi,” ujarnya.

3. Peneliti Wasisto: elite interest

Peneliti kebijakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo menilai koalisi yang kuat kemungkinan hanya akan menguntungkan pemerintahan Prabowo-Gibran di masa depan. “(Manfaatnya) bagi masyarakat sendiri sepertinya tidak ada. Koalisi yang kental melampaui kepentingan elite,” kata Wasisto, Rabu, 24 April 2024.

Ia menilai kuatnya koalisi partai politik pendukung pemerintah akan berdampak negatif terhadap demokrasi. Sebab, mekanisme pengawasan dan pengendalian DPR direduksi menjadi eksekutif.

Selain itu, ada kemungkinan terjadinya konvergensi narasi dan kepentingan, sehingga aspirasi dan kritik yang berbeda tidak serta merta diperhitungkan. “Melemahnya oposisi tentu membawa potensi penyalahgunaan kekuasaan baik langsung maupun tidak langsung oleh pemerintah yang berkuasa,” ujarnya.

4. Peneliti Usep Saepul: Berbahaya bagi keberlangsungan demokrasi

Peneliti senior Populi Center Usep Saepul Akhyar mengatakan koalisi besar Prabowo ingin memastikan program kerja dan agenda politiknya tidak terhambat di DPR. Namun situasi ini sangat berbahaya bagi terpeliharanya demokrasi, ujarnya.

“Jika semua parpol diterima, pemerintah bisa melaksanakan agendanya sesuai keinginan. Atau bisa juga bertindak otoriter dan berdalih demokrasi,” kata Usep.

Usep juga khawatir jika semua parpol bergabung dalam koalisi penguasa Prabowo-Gibran. Akibatnya, partai politik di Parlemen hanya akan menjadi perpanjangan tangan lembaga eksekutif. “Seperti halnya Orde Baru, semua lembaga, termasuk legislatif, hanya bertindak seolah-olah tidak menjalankan tugas legislatifnya dengan baik,” kata Usep yang kini tengah merangkul rival politiknya di Pilpres untuk bergabung dengan koalisi Prabowo.

5. Pengamat politik Adi Prayitno: Koalisi gemuk berdampak negatif terhadap demokrasi

Adi Prayitno, dosen politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, mengutip Koran Tempo edisi 26 Maret 2024 mengatakan, absennya partai politik oposisi atau non-pemerintah akan berdampak buruk pada demokrasi. Misalnya dalam konteks pemilu, pemilu dengan anggaran besar tidak jadi soal.

“Kalau yang kalah mendapat jatah kekuasaan, buat apa pemilu?” kata Adi, Kamis.

Menurut Adi, demokrasi akan berjalan baik jika kekuasaan politik seimbang antara eksekutif dan legislatif. Kekuatan oposisi atau partai politik di luar pemerintahan diperlukan untuk mengawasi presiden dalam menjalankan pemerintahan. “Kewajiban memantau pihak yang kalah versus pihak yang menang dan menjalankan kekuasaan tidak boleh dibatalkan,” ujarnya.

6. Peneliti Siti Zuhro: Prabowo ingin memperluas kekuasaan pemerintah

Siti Zuhro, peneliti senior Pusat Kajian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan upaya Prabowo menjangkau lawan politik merupakan tanda perluasan kekuasaan pemerintah. Sebab, Prabowo membutuhkan dukungan partai politik yang kuat di parlemen.

Siti Zuhro mengatakan, Prabowo menyadari pemerintahannya membutuhkan mayoritas di DPR. Namun rencana Prabowo untuk memasukkan beberapa partai politik di luar partai pendukungnya dalam pemilu akan menghasilkan pembagian kekuasaan yang lebih besar. “Semakin tebal koalisi, maka akan semakin banyak pula orang yang terwakili di kabinet,” kata Siti Zuhro.

7. Pengamat Agung Baskoro: Fungsi pengawasan legislatif belum maksimal.

Direktur Eksekutif Triaspolitika Strategis Agung Baskoro mengatakan, koalisi yang diusung Prabowo, khususnya masuknya sebagian besar partai politik di DPR ke dalam jajaran pemerintahan, mengakibatkan fungsi pengawasan legislatif tidak berjalan efisien. Sebab, partai politik di DPR tertahan oleh kepentingan eksekutif.

Kebijakan pembagian kekuasaan, menurutnya, juga akan berdampak buruk pada pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan. Sebab, sebagian kabinet mau tidak mau akan diisi oleh kader-kader partai politik pendukung pemerintah dan rekan-rekannya, dibandingkan menteri-menteri dari kalangan profesional. Susunan kabinet juga mungkin tidak memperhitungkan kapasitas, melainkan proporsional porsi masing-masing partai pendukung pemerintah.

KHUMAR MAHENDRA | ANDI ADAM FATURAHMAN | ANTARANEWPilihan Redaksi: PKS Isyarat Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Komunikasi Langsung

Ada sejumlah nama besar yang masuk dalam bursa calon menteri keuangan kabinet Prabowo-Gibran. Kedua karakter tersebut dinilai cukup kuat

Ekonom kawakan Faisal Basri memperkirakan ada dua sumber anggaran yang berpotensi dialihkan untuk mendanai makan siang gratis

Selain Grace Natalie, Jokowi juga menunjuk Juri Ardiantoro sebagai ajudan presiden. Berikut rekam jejak juri. Baca selengkapnya

Sturman Panjaitan menyoroti persoalan efisiensi pemerintahan di masa depan saat membahas revisi UU Kementerian Negara

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan ada beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) di bidang transportasi yang belum selesai tahun ini. Baca selengkapnya

Berita bisnis dan bisnis terkini hingga Selasa sore 14 Mei 2024. Baca selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran kini sedang mengkaji kenaikan PPN menjadi 12 persen. Apakah hal ini akan memberikan manfaat bersih atau merugikan perekonomian? Baca selengkapnya

Kowantara menjelaskan, partisipasi pedagang makanan dalam program makan siang gratis berpotensi meningkatkan pendapatan. Baca selengkapnya

Menurut Sandiaga, dukungan pemerintah sesuai dengan nama PPP. Baca selengkapnya

Wacana penambahan menteri dari 40 kementerian di kabinet Prabowo ramai diperbincangkan dan Gerindra pun mendukungnya. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *