Kepala BMKG Beberkan Sejumlah Hambatan Skema Peringatan Dini Bencana di Forum PBB

TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Badan Cuaca, Iklim, dan Geofisika (BMKG), Divigorita Karnavati, mengatakan perbedaan antar negara masih menghalangi impian laut aman. Berbicara pada salah satu pertemuan konferensi Dekade Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Barcelona, ​​​​Spanyol pekan lalu, Divicorita mengungkap kesenjangan dalam sistem peringatan bencana.

Pada agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Twigorita memberikan pemaparan mengenai Kesenjangan dan Strategi Laut yang Aman dan Dapat Diprediksi. Kelemahan dalam meningkatkan pemulihan bencana meliputi permasalahan teknis dan non teknis.

“Kesenjangan ini harus kita tutupi. Ini pekerjaan rumah setiap negara di dunia,” kata Duvigorita mengutip keterangan resmi BMKG pada Selasa, 16 April 2024.

Kesenjangan pertama yang disebutkan berkaitan dengan norma dan praktik organisasi. Menurut Duvigorida, masih banyak negara yang gagal menerapkan transfer data antar perusahaan dalam negeri maupun antar perusahaan asing. Selain itu, tidak ada kerangka kerja resmi untuk Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya (MHEWS).

Kesenjangan kedua menyangkut infrastruktur pemantauan dan sistem pemantauan. Jaringan pengamatan cuaca masih dinilai manual. Anggaran untuk otomatisasi dan pemantauan transfer data juga terbatas.

Prediksi dan prakiraan numerik, menurutnya, masih terkendala keterbatasan kapasitas personel dan infrastruktur. Berdasarkan perkiraan berbasis dampak, banyak negara kekurangan informasi mengenai potensi bahaya di wilayah mereka.

Data observasi mengenai lautan masih langka. Kemampuan peringatan dini atau berbagai sistem peringatan bahaya tidaklah sama secara universal. Banyak negara masih belum siap untuk mengukur risiko-risiko yang muncul.

“Dari sisi non-teknis, saya melihat perlunya memastikan peringatan dini dapat diakses dan dipahami secara menyeluruh,” katanya.

Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, Twigorita menyarankan untuk membangun kemitraan antar pemerintah. Kolaborasi ini harus diperluas ke kalangan akademisi, lembaga penelitian, dan sektor swasta.

Ia merekomendasikan pemantauan sistematis dan berkelanjutan untuk mengatasi kekurangan teknis. Pertukaran data harus diperkuat, serta upaya berbasis komunitas lokal dan terkoordinasi. Kesenjangan non-teknis dijembatani melalui pendidikan berbasis masyarakat.

“Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bencana, perdebatan, hubungan masyarakat-swasta dan banyak lagi,” kata Divicorida.

Pilihan Editor: 7 Cara Membuat Baterai iPhone Anda Lebih Tahan Lama

Potensi hujan lebat disebabkan oleh kontribusi Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan aktivitas ekuator Rossby. Baca selengkapnya

Setelah gelombang panas dahsyat melanda sebagian besar benua Asia, baru-baru ini Indonesia mengalami suhu panas. Baca selengkapnya

Di banyak wilayah Indonesia, air pasang membahayakan keselamatan kapal. Baca selengkapnya

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memperkirakan curah hujan rendah sebesar 52,1 persen. Baca selengkapnya

Garut dan beberapa wilayah Jawa Barat kembali diguncang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Di Garut, ini yang keempat kalinya sejak Sabtu kemarin. Baca selengkapnya

Serangan Israel terhadap Rafah kemungkinan akan memperburuk penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari kota Reed.

Gempa berkekuatan M4.2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD mengkaji informasi kerusakan akibat gempa Kabupaten Bandung. Baca selengkapnya

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4.2 di Kabupaten Bandung. Diduga akibat aktivitas dosha Garuda Selatan. Tidak ada kerusakan yang terjadi. Baca selengkapnya

Meksiko sebelumnya mengajukan banding ke ICJ untuk menghukum Ekuador karena menggerebek kedutaan besarnya di Quito. Baca selengkapnya

BMKG terus memantau secara ketat ketinggian air di sekitar Pulau Gunung Ruang. Harapkan tsunami dari ledakan tersebut. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *