Keunikan Azan Pitu di Masjid Agung Ciptarasa Cirebon, Begini Kisahnya

TEMPO.CO, Jakarta – Salah satu masjid bersejarah di Kota Cirebon, Jawa Barat adalah Masjid Agung Sang Ciptarasa yang konon dibangun pada masa Walisongo. Bangunan ini menjadi ikon dan destinasi wisata religi di Cirebon yang wajib dikunjungi.

Masjid Agung Ciptarasa berasal dari kata Sang Cipta Rasa, kata Sang berarti keagungan, Cipta berarti dibangun dan Rasa diambil dari arti yang digunakan. Namun masjid yang terletak di halaman Keraton Kasepuhan ini dulunya disebut Masjid Pakungwati oleh warga sekitar kompleks keraton. Seiring berjalannya waktu, para pendatang yang datang semakin terbiasa menyebutnya dengan Masjid Ciptaras.

Dari sumber cagarkultur.kemdikbud.go.id, Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di Jl. Komplek Kasepuhan No., Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45114. Sejarah masjid ini dibangun oleh Walisongo yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1498. Meski sudah berdiri ratusan tahun, masjid ini tetap kokoh dan masih digunakan sebagai tempat ibadah. Hari ini.

Hal yang menarik dari masjid ini, selain marena sejarahnya, seperti yang diungkapkan oleh Universitas Swadaya Gunung Jati, terdapat tradisi yang turun temurun dan masih dijalankan, yaitu Masjid Agung Ciptarasa yang dilantunkan panggilan. salat yang dilakukan tidak hanya oleh satu muazin, melainkan tujuh orang sekaligus, yang dikenal dengan tradisi pitu azan.

Ciri lainnya adalah muazin memakai pakaian khusus. Keenam muazin tersebut mengenakan jubah berwarna hijau dan sorban berwarna putih. Sedangkan satu orang mengenakan jubah putih dan sorban hitam.

Namun pada waktu-waktu tertentu ketujuh muazin tersebut juga mengenakan jubah putih dan sorban. Pakaian ini wajib dikenakan oleh siapa pun yang mengumandangkan azan sebagai tanda dan pembeda dengan jamaah lainnya.

Meski dilantunkan oleh tujuh orang sekaligus, namun suara azan muazin tetap terdengar merdu. Panjang dan singkatnya nada adzan tujuh muazin, adzan Lubang, terdengar seirama.

Dikutip dari Antara, Moh Ismail, salah satu muezz pemanggilan Pitu yang juga Ketua DKM Masjid Agung Sang Cipta menjelaskan, sejarah tujuh seruan tersebut diyakini sudah diamalkan sejak zaman Sunan Gunung Jati. Pertama, tipu muslihat istrinya Nyai Pakung Wati karena ada orang yang mempunyai niat buruk terhadap muazin yang sedang mengumandangkan azan saat itu.

Saat itu masjid sedang ramai dikunjungi orang-orang yang masuk Islam. Hal ini membuat tokoh bernama Menjangan Wulu iri. Menjangan Wulu adalah tokoh sakti yang berniat mencelakai muazin. Menurutnya, warga datang ke masjid tersebut karena suara azan. Akhirnya dia menaruh racun itu di atas masjid.

Karena racun tersebut, orang yang mengumandangkan azan saat itu langsung sakit. Melihat hal itu Nyai Pakung Wati memerintahkan muazinnya ditambah menjadi dua orang, namun kecelakaan tetap terjadi.

Kemudian ditambahkan muazin untuk menangkal serangan racun tersebut hingga enam orang adzan namun masih dalam pengaruh serangan racun tersebut. Ketika jumlah muazin bertambah satu lagi, menjadi tujuh, racunnya meledak di atas masjid. Selain itu, azan tetap dikumandangkan oleh tujuh orang untuk mengantisipasi serangan.

Karena mereka menganggapnya baik, maka mereka memindahkan adzan ketujuh menjadi salat Jumat saja. Tradisi ini berlanjut hingga saat ini. Karena keunikannya tersebut, Masjid Agung Ciptarasa dipenuhi jamaah yang ingin menyaksikan lantunan merdu ketujuh muazin tersebut.

SAVINA RIZKY HAMIDA | PUTRI SAPPHIRE PITALOKA

Tip Editor: Keistimewaan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon mulai dari arsitektur hingga tradisi Azan Pitu

Pengembangan desa wisata Kacirebonan mencakup tukang becak yang berkeliaran di sekitar keraton

Rata-rata harian jumlah penumpang KA Daop 3 Cirebon mencapai lima ribu orang. Baca selengkapnya

Lebih dari 50 ribu wisatawan mengunjungi Kota Cirebon antara tanggal 11 hingga 15 April saat libur Idul Fitri. Baca selengkapnya

Setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi berbeda-beda dalam merayakan Idul Fitri Ketupat yang biasanya jatuh pada tanggal 7 atau 8 Syawal. Baca selengkapnya

Ketupat Idul Fitri diadakan setelah puasa 6 hari di bulan Syawal. Baca semuanya

Cirebon mempunyai banyak kuliner khas bersejarah dan cita rasa yang nikmat. Baca selengkapnya

Tradisi Ketupat Idul Fitri diwariskan secara turun temurun di Pulau Jawa pada seminggu setelah Idul Fitri. Bagaimana proses kerjanya? Baca selengkapnya

Empat teknisi tewas usai melakukan perawatan rutin pada septic tank di Cirebon Super Block Mall. Baca semuanya

Tradisi ziarah pada bulan Syawal di Cirebon dan daerah yang dipengaruhi ajaran Sunan Gunung Jati adalah dengan membawa tanaman kemangi.

Istana mengatakan, suasana Idul Fitri di Medan, Sumatera Utara, dimanfaatkan Jokowi untuk berkunjung, berkumpul, dan silaturahmi dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat umum. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *