Khawatir Berlebihan, Apa Itu Fobia Masa Depan dan Gejalanya?

TEMPO.CO , Jakarta – Perubahan iklim, perkembangan teknologi, konflik global, dan meroketnya biaya hidup membuat banyak orang khawatir akan masa depan. Kecemasan juga muncul terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadi seperti kesehatan dan apa yang terjadi di dunia secara umum.

Lalu muncullah fobia masa depan atau fobia masa depan. Kekhawatiran akan masa depan juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Apa itu fobia masa depan?

Fobia masa depan adalah ketakutan dan kecemasan yang intens terhadap masa depan yang ditandai dengan kekhawatiran terus-menerus terhadap peristiwa dan situasi di masa depan. Ini bisa terkait dengan hal-hal spesifik yang memengaruhi Anda atau peristiwa yang terjadi di dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami berbagai peristiwa, seperti pandemi COVID-19, kebangkitan kecerdasan buatan, perekonomian yang tidak stabil, dan perubahan iklim. Semua ketidakpastian ini tentu saja berkontribusi terhadap meningkatnya kecemasan akan masa depan bagi banyak orang.

Terlebih lagi, paparan terus-menerus terhadap berita buruk dan media sosial dapat memperburuk kecemasan, sehingga lebih sulit untuk mempertahankan pandangan positif dan menenangkan diri. Di bawah ini adalah gejala fobia di masa depan.

-Merasa takut -Merasa cemas -Mengharapkan yang terburuk.-Keengganan untuk membuat rencana jangka panjang atau menepati rencana.-Detak jantung cepat dan sesak napas.-Gejala fisik seperti sakit kepala, kelelahan, susah tidur. , berkeringat, gemetar, terutama saat memikirkan atau membicarakan masa depan.

Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, cobalah berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk mengetahui cara mengelola kecemasan, seperti dilansir Hello Magazine.

Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan: -Latihan mindfulness, seperti yoga atau meditasi. -Latihan pernapasan untuk membantu saat panik. -Gunakan teknik relaksasi dalam rutinitas harian Anda untuk menenangkan pikiran dan tubuh. -Carilah dukungan dari teman, Profesional kesehatan keluarga atau mental. – Utamakan durasi yang baik dan kualitas tidur untuk mengurangi kecemasan – Batasi berita dan media sosial.

Pilihan Editor: Berita Kanker Kate Middleton Membuat Kita Khawatir Dengan Kesehatan Kita, Lakukanlah

Studi menunjukkan bahwa kemarahan dapat mengurangi depresi, stres, dan kecemasan dibandingkan dengan perilaku sopan dan tenang. Baca selengkapnya

Survei tersebut menemukan bahwa hampir separuh responden laki-laki takut mengungkapkan masalah atau perasaannya karena khawatir akan rentan. Baca selengkapnya

Takut terhadap berbagai hal, entah itu pendapat rekan kerja, atau komentar tentang pakaian kita, atau tingkah laku yang dianggap aneh oleh orang lain, merupakan ciri-ciri FOPO. Baca selengkapnya

Berkebun memiliki efek terapeutik Baca lebih lanjut

Hobi, kegiatan yang dilakukan secara rutin atau di waktu senggang

Studi menunjukkan bahwa diet Mediterania tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga mengurangi kecemasan pada lansia. Baca selengkapnya

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri media sosial atau Internet untuk jangka waktu yang lama melalui berita buruk atau negatif. Baca selengkapnya

Penelitian ini berpotensi menciptakan pemetaan sensor yang dapat mendeteksi tingkat kecemasan dan stres pada karyawan. Baca selengkapnya

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketidaksukaan atau kebencian terhadap orang atau kelompok yang dianggap asing atau berbeda. Baca selengkapnya

Salah satu jenis hubungan yang dialami banyak pasangan adalah pengabaian. Berikut beberapa tanda yang mungkin menunjukkan gaya ini pada pasangan Anda. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *