Kisah Israel Diterima Jadi Anggota PBB 75 Tahun Lalu, Diwarnai Pendudukan dan Pengusiran Paksa Warga Palestina

TEMPO.CO, Jakarta – Hari ini, 75 tahun lalu, Israel diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tanggal 11 Mei 1949, satu tahun setelah David Ben Gurion – pendiri Israel yang lahir di Polandia – mengumumkan lahirnya negara Israel pada tanggal 14 Mei 1948, PBB menerimanya sebagai negara anggota ke-59. Sebab, Israel disebut-sebut berdiri di atas tanah yang telah dirampas dari warga Palestina dan pengakuan atas tanahnya tersebut disusul dengan penggusuran paksa dan serangan militer terhadap warga Palestina.

Pendudukan Israel atas Palestina dimulai pada tahun 1947. Menurut situs PBB, pada tanggal 29 November 1947, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina. Menurut pandangan ini, Palestina adalah Eretz Yisrael, atau dalam tradisi Yahudi adalah tanah anak-anak Israel. Majelis Umum meminta masyarakat Eretz Yisrael untuk mengambil tindakan untuk melaksanakan keputusan ini.

Setelah Perang Dunia Kedua dan Holocaust, Persatuan negara-negara bersimpati dengan orang-orang Yahudi, dan memberikan tanggung jawab kepada orang-orang Yahudi yang berada di luar negeri untuk mendirikan pemerintahan. Pada saat itu, PBB menganggap hal ini tidak biasa. Orang-orang Yahudi yang ditindas oleh Hitler percaya bahwa mereka mempunyai hak untuk memerintah pada masanya sendiri seperti yang dilakukan negara-negara lain secara mandiri. Namun, sebelum dekrit tersebut disahkan, tentara Yahudi telah bergerak menduduki kota-kota besar dan kecil di wilayah Palestina tempat tinggal Arab Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Setelah dianggap layak menjadi negara, Israel pun didirikan. Israel memperluas kekuatan militernya dan meningkatkan pendudukannya di wilayah Palestina. Selama konflik yang sedang berlangsung, Israel mengajukan permohonan untuk menjadi anggota PBB pada tanggal 29 November 1948. Namun, Dewan Keamanan mengkritik Israel karena menolak mengikuti resolusi PBB. Kemudian pada tanggal 17 Desember 1948, resolusi tersebut gagal dengan 5 suara, 1 menolak, dan 5 abstain.

Namun, pada 11 Mei 1949, satu hari sebelum penandatanganan Perjanjian Lausanne, Israel diterima di PBB. Perwakilan Israel, berbicara kepada komite politik, mengatakan bahwa negaranya akan menghormati prinsip-prinsip Konvensi PBB dan akan memenuhi keputusannya.

Masuknya Israel ke PBB pada tahun 1949 menimbulkan kontroversi karena ketidakstabilan kawasan. Meski Palestina terus merasakan dampak terorisme dan konflik berkepanjangan, keanggotaan Israel di PBB memberikan dampak signifikan terhadap urusan Timur Tengah.

Konflik antara Palestina dan Israel merupakan salah satu konflik terpanjang dalam sejarah modern dan terus menarik perhatian internasional untuk mencari solusi yang adil dan langgeng.

Terorisme anti-Palestina merupakan faktor utama dalam pembangunan Palestina. Hal ini menyebabkan rakyatnya mengungsi ke negara tetangga. Jumlah pengungsi Palestina akibat kekerasan tersebut berjumlah 726.000 orang pada akhir tahun 1949, atau setengah dari jumlah penduduk asli Palestina.

Berita bahwa mereka pergi karena otoritas Arab telah digantikan oleh laporan PBB yang mengatakan para pengungsi melarikan diri dari perang atau dideportasi. Sementara itu, Palestina dan Hamas masih memperjuangkan kemerdekaannya dari Israel.

75 tahun kemudian, perdebatan masih berlanjut. Sejauh ini, lebih dari 80.000 orang telah meninggalkan Gaza selatan di kota Rafah sejak Senin, 6 Mei 2024. Perkembangan ini terjadi di tengah laporan adanya tank Israel di dekat desa-desa dan serangan yang terus berlanjut.

Menurut laporan BBC, setelah menyerang Gaza dan memaksa masyarakat mengungsi ke Rafah, Israel malah menyerang wilayah tersebut. Sementara itu, tentara Israel telah menyita dan menutup penyeberangan Rafah dengan Mesir pada awal operasinya, sementara PBB mengatakan berbahaya bagi pekerja dan kendaraan mereka untuk mencapai jalan Kerem Shalom yang dibuka kembali.

Pilihan Editor: Kebanyakan Anggota PBB Mendukung Upaya Keanggotaan Palestina: Siapa yang Berdebat?

Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani telah mendonasikan Rp300 juta untuk mendukung Palestina melalui Badan Amil Zakat Nasional Indonesia (BAZNAS). Baca selengkapnya

Duta Besar Palestina untuk Indonesia mengecam tindakan Israel di Palestina dalam rangka peringatan 76 tahun Nakba. Baca selengkapnya

Serangan udara Israel membunuh pemimpin Hizbullah. Baca selengkapnya

Anwar Ibrahim mengadakan pertemuan dengan para pemimpin Hamas di Qatar. Postingannya tentang pertemuan itu telah dihapus oleh Facebook. Baca selengkapnya

AS akan mengirimkan rudal dan kendaraan taktis ke Israel meski sebelumnya Biden membantah menggunakan rudal dalam serangan Rafah. Baca selengkapnya

Kementerian Luar Negeri kembali menegaskan dukungannya terhadap pemerintah Indonesia dan rakyat Palestina. Baca selengkapnya

Joe Alwyn adalah bagian dari Artist4Ceasefire yang menyerukan diakhirinya perang di Palestina. Bacalah dengan seksama

Penentang ICC takut akan ancaman dari Kongres AS dan mempertanyakan hak-hak mereka. Baca selengkapnya

Israel dan Mesir saling tuding menutup penyeberangan Rafah, yang merupakan jalur bantuan utama ke Gaza. Baca selengkapnya

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah memberikan bantuan militer sebesar $1 miliar kepada Israel (Rp.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *