Marak Lovebird Jadi Parcel Lebaran, Davina Veronica: Merampas Hak Hidup dan Kebebasan Hewan

TEMPO.CO, Jakarta – Para pedagang burung kicau semakin giat mencari uang. Belakangan ini paket atau pengantaran lebaran menjadi mode ninja tersendiri.

Pasar hewan di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sepi pengunjung pada Sabtu sore, 6 April 2024. Burung yang dijual di pasar tersebut sebagian besar berjenis burung kicau atau kandang.

Tempo mengunjungi beberapa toko yang menjual burung. Dari kejauhan terlihat puluhan sangkar besi berisi berbagai jenis burung. Terdapat sangkar yang berisi enam ekor burung dan burung-burung yang berkicau seperti merpati, kenari, jalak dan berbagai jenis burung lainnya. Ada yang berisi dua atau sepasang burung dalam satu sangkar, ada juga yang berisi hampir 40 ekor burung dalam satu sangkar.

Penjual burung tampak sedang melakukan negosiasi harga dengan calon pembeli kenari. Calon pembeli awalnya menawarkan harga burung tersebut sebesar Rp 250 ribu dari harga Rp 400 ribu. Keduanya teguh pada harga masing-masing hingga akhirnya burung itu dibeli.

Penjaga toko lalu menunjuk salah satu kacang yang dijualnya. Burung kuning bergaris putih itu terjebak dalam sangkar yang digantung di langit-langit toko.

“Gacor banget gak henti-hentinya, itu saja pak,” kata si penjual.

“Berapa banyak kekasih ini?” Tempo bertanya kepada penjualnya.

“Seratus ribu,” katanya.

Aktivis lingkungan hidup dan perlindungan hewan Davina Veronica Hariadi tidak menampik bahwa praktik perdagangan burung seperti ini ada kaitannya dengan ketidaktahuan masyarakat dan penjual terhadap kesejahteraan hewan. Ia mengatakan sebagian masyarakat masih memandang hewan sebagai komoditas. Mengingat hal tersebut merupakan pandangan yang salah, Davina berpendapat sebaiknya masyarakat dan penjual diberikan sosialisasi dan kesadaran bahwa hewan itu mirip dengan manusia.

“Akibat penolakan pihak perusahaan, maka karpet akan dinonaktifkan agar tidak menyambut masyarakat yang membeli burung sebagai oleh-oleh. Dengan begitu, masyarakat akan berhenti membeli burung atau hewan lain untuk diberikan oleh-oleh atau bingkisan,” kata Davina saat dihubungi, Rabu. 3. April 2024.

Pada 5 September 2020, Tempo menyelidiki upaya penyelundupan burung kicau, termasuk burung yang dilindungi, dari Sumatera untuk dikirim ke luar pulau. Kegiatan yang menguntungkan ini mengancam populasi berbagai jenis burung dan keseimbangan ekosistem. Penyelundupan tersebut diduga melibatkan agen dari berbagai instansi.

Liputan Tempo yang didukung Jaringan Jurnalisme Bumi Internews menemukan jumlah burung selundupan jauh lebih banyak dibandingkan burung yang ditangkap di Bakaueni, Sumatera. Direktur eksekutif Penerbangan: Perlindungan Burung Indonesia, Morison Guciano, memperkirakan ada 1 juta burung yang ditangkap secara ilegal di hutan Sumatera pada tahun lalu. Tanggal tersebut diperoleh dari jumlah tangkapan sepanjang tahun ditambah kemungkinan burung tersebut lolos dari pengawasan agen.

Jumlah tersebut jika diakumulasikan dari tahun 2015 hingga 2020, Morison menghitung ada sekitar 14 juta burung liar, termasuk yang dilindungi, yang berpindah ke Pulau Jawa melalui jalur darat, udara, dan laut. Angka tersebut dihitungnya dari data penjualan 2.000 toko burung di Sumatera dan Jawa milik Flight. Sebab, permintaan komunitas burung kicau semakin meningkat setiap tahunnya, ujarnya.

Makhfudz Solaiman, pengusaha dan pendiri Persatuan Peternakan Burung Indonesia, memperkirakan terdapat 13-14 juta peminat burung kicau di Indonesia. Potensi pasar yang tinggi ini menambah daya tarik bisnis burung kicau. Omzet industri ini mencapai Rp3-5 triliun setiap tahunnya, ujarnya.

Davina berharap ada pihak atau lembaga yang mengawasi jaringan perdagangan hewan seperti ini. Menurutnya, praktik yang terjadi dari hulu hingga hilir ini akan terus dibiarkan, apalagi jika masih ada permintaan dari pembeli.

Tapi jaringan ini rumit sekali, bukan? Burung tersebut masih ada dan dijual sesuai permintaan, karena akan ada yang membelinya. “Selama ada permintaan, hewan dalam konteks ini sejoli akan terus diperdagangkan,” kata Davina.

Dalam keseimbangan ekosistem di bumi, Davina mengatakan aktivitas burung yang menyebarkan benih tanaman menghasilkan alam yang indah dan sehat. Benih atau debu ini, katanya, diperlukan agar tanaman dan pohon dapat tumbuh dan hidup. Davina mengatakan, hubungan antara alam dan manusia saling terkait.

Bayangkan kalau di alam tidak ada burung, maka tumbuhan akan mati. Dan akhirnya berdampak pada manusia. Semua yang ada di muka bumi ini saling terhubung. Semua makhluk hidup ada karena adanya makhluk hidup lain, kata Davina. .

Tempo menghubungi Kepala Kantor Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nunu Anugrah pada Kamis, 4 dan 6 April 2024. Hingga laporan ini diturunkan, Nunu Anugrah belum memberikan tanggapan. ke pesan. dari waktu

Sepasang kekasih menjadi paket lebaran

Davina Veronica Hariadi yang juga pendiri Yayasan Natha Satwa Nusantara terkejut setelah mendapat laporan dari salah satu rekannya bahwa dirinya telah diantarkan paket lebaran atau kado berupa sepasang kekasih. Ia mengatakan, rekannya tersebut tidak mau menerima paket mahal tersebut karena tidak berencana memelihara burung.

Dalam dua foto yang dikirimkan ke Tempo, sepasang sejoli berwarna putih bernuansa biru muda dikurung dalam sangkar besi berukuran 30 x 30 cm. Pada bagian pangkalnya terdapat bunga berbentuk lingkaran berwarna putih dengan pita hitam di tengahnya. Anak-anak lelaki itu terlihat bersandar pada batang pohon.

Ia langsung meminta jajarannya untuk mengantarkan paket sepasang burung dengan nama latin Agapornis Pullarius tersebut ke PENERBANGAN: Melindungi Burung Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang fokus dalam pemberantasan perdagangan burung liar di Indonesia. Davina berpendapat bahwa burung tidak boleh diperjualbelikan karena otomatis menghilangkan hak hidup hewan tersebut.

“Mereka merampas hak hidup dan kebebasan hewan,” kata Davina menceritakan kejadian yang terjadi kepada Tempo melalui keterangan tertulis, Rabu, 3 April 2024.

Bagi perempuan berusia 45 tahun ini, hewan merupakan makhluk hidup yang memiliki perasaan dan niat seperti manusia. Menurut Davina, hewan juga mempunyai keinginan untuk hidup nyaman, aman, tanpa rasa sakit, kelaparan dan kebutuhan.

“Bebas mengekspresikan perilaku alaminya. Selama hewan itu bernapas, ia bisa merasakan,” kata Davina.

Meski lovebird bukan merupakan spesies burung yang dilindungi atau non-endemik, Davina menentang segala bentuk perdagangan hewan. Ia menganggap perdagangan burung sebagai praktik yang kejam. Seorang penjual burung di Jatinegara dan Pramuka, Davina mencontohkan, penjual tersebut memelihara sekitar 30 ekor burung dalam sangkar berukuran 60 cm x 30 cm x 20 cm. Temuan Davina menunjukkan, mereka tidak hanya menguncinya di jeruji besi, namun para pedagang juga menjemur burung nuri tersebut di bawah sinar matahari langsung.

“Sempit, ramai, hidup dalam kepentingannya masing-masing,” kata Davina. Sementara itu, tambah Davina, “Bayangkan saat toko tutup, saya berada di ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara. Sedih sekali dan kejam”.

Misalnya, tiga mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Lampung, Frans Hamonangan Nainggolan, Bainah Sari Dewi, dan Arief Darmawan, melakukan penelitian tentang fenomena konservasi burung. Laporan tersebut dimuat pada majalah Volume 7 Edisi 1 Januari 2019 dengan judul Dalam majalah Keadaan Konservasi Burung: Studi Kasus di Hutan Desa Cugung, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status konservasi suatu spesies terancam menjadi indikator kemungkinan spesies tersebut terus bertahan. Penentuan status konservasi tidak hanya didasarkan pada jumlah populasi yang tersisa, tetapi juga berdasarkan pertambahan atau penurunan jumlah populasi dalam jangka waktu tertentu, tingkat keberhasilan reproduksi, ancaman yang diketahui, dan sebagainya.

Selain itu, upaya konservasi berupa pelestarian burung tidak hanya menjadi tanggung jawab para ahli burung, penggiat lingkungan hidup atau pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat Desa Cugung. Kajian tersebut menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan lingkungan masyarakat Desa Cugung, khususnya mengenai peran burung dalam ekosistem, menjadi kendala dalam upaya konservasi burung.

“Perburuan jenis burung di hutan Desa Cugung yang dilakukan masyarakat di luar Desa Cugung belum ada izin, sehingga masyarakat luar desa datang ke hutan desa untuk berburu burung jenis burung yang bernilai komersial,” demikian bunyi surat kabar tersebut.

Pilihan Redaksi: Sepasang Lovebird Jadi Keranjang Lebaran, Davina Veronica: Hentikan Burung Sebagai Kado dan Paket

Lusinan flamingo menabrak pesawat Emirates di Mumbai. Untungnya pesawat bisa mendarat dengan selamat. untuk mengetahui lebih lanjut

Identifikasi tersebut dilakukan melalui kegiatan Kelas Keanekaragaman Hayati Belantara dalam rangka Hari Keanekaragaman Hayati Internasional yang diperingati setiap tanggal 22 Mei. untuk mengetahui lebih lanjut

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada Lebaran atau April 2024 sebesar 3% year on year. untuk mengetahui lebih lanjut

Direktur Komunikasi E-commerce Tokopedia, Nuraini Razak Ungkap Tren Belanja Saat Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Baca Selengkapnya

EVP Business Secretary PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan, penjualan tiket kereta api kelas Suite dan Luxury mencatatkan penjualan yang baik pada periode angkutan Lebaran 2024. Baca selengkapnya

Harga bawang merah naik hingga Rp 80 ribu per kilogram. Menteri Zulhas mengatakan hal itu karena Idul Fitri. untuk mengetahui lebih lanjut

PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI mencatat total 20.944.000 penumpang komuter berjadwal pada periode angkutan Lebaran 2024

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI resmi menutup pelaksanaan angkutan lebaran 2024 yang berlangsung selama 22 hari terhitung sejak 31 Maret. untuk mengetahui lebih lanjut

CEO OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang bisa diterapkan ibu-ibu menyikapi pelemahan rupiah. untuk mengetahui lebih lanjut

Selama periode mudik dan mudik Lebaran 2024 di Tol Trans Sumatera, PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan lalu lintas sebanyak 2,1 juta kendaraan. untuk mengetahui lebih lanjut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *