Masyarakat Perkotaan Semakin Sadar Risiko Penyakit Autoimun

TEMPO.CO, Jakarta – Ahli saraf Dr Roxy Francisca W Sitmeang, ahli saraf lulusan program PhD Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, mengatakan kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun di Indonesia semakin meningkat, terutama di perkotaan.

Kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun saat ini sudah sangat baik dibandingkan 10 tahun lalu, hanya di perkotaan saja. Berkat media, pasien sendiri bisa datang kepada saya dan bertanya apakah mereka mengidap multiple sclerosis karena mereka membaca gejalanya. Rocks ditemui usai mengikuti workshop Multiple Sclerosis (MS) di Jakarta pada Selasa, 28 Mei 2024.

Menurut Roxy, kesadaran masyarakat perkotaan membantu mereka untuk secara mandiri mencari informasi mengenai gejala gangguan kesehatan yang dialaminya dan lebih aktif mencari informasi dibandingkan masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran kota (pinggiran). “Mungkin masih banyak masyarakat pinggiran yang belum memahami apa itu autoimun, apa itu MS,” kata Rocks.

Masyarakat perkotaan juga semakin menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan terkait polusi udara. Oleh karena itu, bertanggung jawab atas kerusakan sistem kekebalan dan pembuluh darah. Oleh karena itu, mereka semakin aktif mencari informasi mengenai dampak pencemaran udara.

Roxy menambahkan, teknologi untuk mendiagnosis penyakit autoimun kini semakin canggih, seiring dengan mulai digunakannya peralatan magnetic resonance imaging (MRI) di Indonesia pada tahun 1990 sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. “Dulu kita tidak melakukan MRI kan? Jadi banyak multiple sclerosis yang tidak terdiagnosis. Sekarang ada MRI, begitu kita dapat gambarnya putih-putih (bengkak), kita tahu itu MS. .” kata Roxy.

Serangan patologis sistem kekebalan pada sistem saraf pusat merusak mielin yang menutupi saraf pusat. Akibatnya, komunikasi sistem saraf terganggu dan muncul gejala multiple sclerosis (dalam bahasa Inggris multiple sclerosis).

Lesi atau bekas luka saraf inflamasi mungkin tampak sebagai titik putih pada MRI. Jadi dokter mendiagnosis pasien tersebut menderita multiple sclerosis. Siapa pun dapat didiagnosis mengidap penyakit ini, meskipun kemungkinan terkena multiple sclerosis lebih tinggi pada orang muda (rentang usia 20 hingga 50 tahun).

Selain itu, wanita penderita MS lebih tinggi dibandingkan pria. “Rasio di dunia adalah tiga perempuan berbanding satu laki-laki (3:1),” ujarnya.

Sejak lama, negara-negara tropis seperti Indonesia memiliki populasi MS yang lebih rendah dibandingkan negara-negara subtropis. Namun, kemajuan teknologi untuk mendiagnosis penyakit ini membuat para penyintas MS baru mulai dikenali di Indonesia. Jessy Pnu, penulis Jessy and The 4G’s, merupakan salah satu penyintas multiple sclerosis yang ditemukan di Indonesia.

Dalam praktiknya (RS Siloam Lippo Village), Rocks mengatakan, pasien MS berjumlah 17 orang, salah satunya adalah laki-laki. MS lebih sering didiagnosis pada wanita muda berusia antara 20 dan 50 tahun. Jika Anda mengalami gejala-gejala berikut ini, pertama-tama mata tiba-tiba menjadi kabur pada salah satu sisinya, sehingga pandangan menjadi kabur. Umumnya kelainan tersebut disertai dengan kelemahan pada lengan atau tungkai. Atau ada pusing atau vertigo, pusing, nyeri, gangguan konsentrasi atau fungsi memori, gangguan buang air kecil atau kecil dan masih banyak gejala lainnya, ujarnya. “Jika Anda mengalami gejala serupa, segera temui dokter saraf,” kata Roxy.

Banyaknya gejala multiple sclerosis (MS) membuat masyarakat awam terkadang menyebutnya sebagai penyakit seribu.

Tapi berbeda dengan lupus, kata Roxy. Pada MS, antibodi menyerang hampir setiap fungsi sistem saraf pusat. Sedangkan pada lupus, antibodi menyerang setiap organ tubuh lainnya.

Perawatan untuk multiple sclerosis, yang dikenal sebagai perawatan atau obat yang memodifikasi penyakit, digunakan untuk mencegah gejala kambuh atau kambuh dan untuk menghentikan perkembangan MS. “Obatnya banyak jenisnya, mungkin lebih dari 20 jenis obat yang kita sebut obat pemodifikasi penyakit. Tapi di Indonesia kita hanya punya dua, ada yang suntik dan ada yang berbentuk pil.” kata Roxy. Obat suntik disuntikkan tiga kali seminggu. Sedangkan pil hanya diminum selama 5 hari di bulan pertama dan 5 hari di bulan kedua. Setelah itu berhenti, sampai tahun depan masih minum 5 hari di bulan pertama dan 5 hari di bulan kedua. Setelah menghentikan pengobatan, tidak perlu meminum obat lagi.

Pilihan Editor: Hari Lupus Sedunia: Pencegahan Lupus Berbasis Gejala

Startup riset saya hadir untuk meningkatkan produktivitas peneliti Indonesia. Baca selengkapnya

Kopi yang dikonsumsi pada malam hari mengganggu ritme sirkadian atau siklus alami 24 jam tubuh. Baca selengkapnya

Serangan jantung merenggut nyawa Michael Jackson, Lisa Marie Presley dan Didi Kempo. Apa saja faktor risikonya? Baca selengkapnya

Vaksinasi dan imunisasi berkaitan erat, namun memiliki perbedaan besar. Baca selengkapnya

Berbagai faktor dapat menyebabkan diseksi aorta atau pecahnya pembuluh darah besar, antara lain tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner. Baca selengkapnya

Memastikan peserta BPJS Kesehatan menerima manfaat dan perlindungan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Baca selengkapnya

Berikut cara mengetahui apakah daging masih enak untuk dimakan. Baca selengkapnya

Berikut langkah menghilangkan lemak perut saat bersepeda. Baca selengkapnya

Hewan kurban harus memenuhi beberapa syarat, salah satunya adalah tidak boleh sakit. Inilah ciri-ciri hewan kurban yang sakit. Baca selengkapnya

Pemusnahan hewan kurban yang sakit dapat menimbulkan berbagai risiko baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *