Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

TEMPO.CO, Jakarta – Krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara Asia Tenggara pada tahun 1997 tak lepas dari sejarah reformasi tahun 1998.

Nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika Serikat berfluktuasi dengan cepat. Per Juli 1997, nilai tukar rupee kembali ditetapkan pada Rp. 2.441, namun setelah sebulan berkurang menjadi Rp. 3035 dan seterusnya yang jatuh ke bulan Maret 1998 menjadi Rp. 10.550 kemudian menguat pada bulan Mei menjadi Rp. 9200.

Situasi krisis moneter atau krizmon membuka pintu munculnya berbagai permasalahan yang berdampak pada gejolak politik di Indonesia. Pemerintah terperosok dalam korupsi, konspirasi dan nepotisme. Harga-harga bahan pokok meningkat, angka pengangguran dan putus sekolah meningkat, dan puncak dari berbagai krisis tersebut menyebabkan terjadinya hiperinflasi di Indonesia.

Kepemimpinan Presiden Soeharto yang saat itu mulai melemah akhirnya semakin labil. Sejumlah pendekatan politik diupayakan untuk mengatasi dan mencari solusi terhadap permasalahan yang paling banyak menimpa Republik ini.

Namun sayangnya, kebijakan-kebijakan tersebut dibarengi dengan tujuan dan sasaran politik lainnya, bukannya memperbaiki perekonomian, namun justru menyebabkan depresiasi rupee dan semakin memburuknya keuangan pemerintah. Saat itu, publik menilai sejumlah langkah politik bermasalah, antara lain pembentukan kabinet baru pada Maret 1998, yang disebut “Kabinet Pembangunan”, di mana Soeharto mengangkat menteri-menteri yang diduga memiliki unsur korupsi karena kedekatannya. Soeharto.

Permasalahan lain yang disorot adalah kegagalan mekanisme pembayaran perdagangan luar negeri, pembayaran kembali kredit atau pinjaman oleh perusahaan besar atau sistem perbankan yang buruk, serta banyaknya utang swasta nasional di luar negeri. Akibat berbagai pengaruh yang memperburuk keadaan, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin lemah dan wibawa pemerintahan Soeharto semakin merosot. Ditambah lagi ketegangan antara pemerintahan Soeharto dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Pada tanggal 12 Mei 1998, demonstrasi mahasiswa di depan Universitas Trishakti mengakibatkan ketidakpuasan dan frustasi masyarakat mencapai puncaknya. Kerusuhan tersebut menjadi catatan kelam dalam sejarah dimana 4 mahasiswa Trishakti tewas akibat bentrok dengan petugas antara lain Elong Mulya Lesmana, Heri Hertanto dan Hendiravan Lesmana.

Sebelum peristiwa naas ini, aksi-aksi diprakarsai oleh para mahasiswa di Medan, Yogyakarta dan Bandung yang mengupayakan perubahan situasi politik di Indonesia saat itu. Langkah tersebut dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar pada 2 Mei 1998.

Kronologi Kemajuan Reformasi

Mei 1998 menjadi catatan penting bagi reformasi di Indonesia. Saat itu, Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun mengundurkan diri. Berakhirnya pemerintahan Soeharto dimulai ketika puluhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berunjuk rasa menuju gedung DPR/MPR memprotes pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto yang merupakan agenda reformasi nasional.

Namun, tampaknya mengabaikan penolakan tersebut, Soeharto dan BJ Habibi kembali dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada 11 Maret 1998. Pada tanggal 14 Maret 1998, mereka membentuk kabinet baru yang diberi nama “Kabinet Pembangunan VII”.

Pada tanggal 18 April 1998, Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima TNI Jenderal Rt. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII melakukan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta, namun banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai universitas yang menolak dialog tersebut.

Pada tanggal 2 Mei 1998, Presiden Soeharto menanggapi tantangan mahasiswa untuk melaksanakan reformasi secepatnya pada tahun itu. Namun, sebelum agenda tersebut terlaksana, harga BBM kembali naik dan demonstrasi besar-besaran terjadi di tiga wilayah: Medan, Yogyakarta, dan Bandung. Aksi unjuk rasa juga terganggu sehingga mengakibatkan 16 mahasiswa terluka dalam bentrokan dengan aparat. Pada tanggal 4 Mei 1998, terjadi pemberontakan di Medan yang meluas keesokan harinya, mengakibatkan kerusuhan di berbagai kabupaten.

Peristiwa ini disusul dengan tragedi Trishakti yang memakan korban jiwa. Usai aksi dramatis tersebut, banyak mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang datang ke kampus Trishakti untuk menyampaikan belasungkawa. Kejadian tersebut masih membingungkan.

Saat Presiden Soeharto berada di Kairo, Mesir, mengunjungi KTT G-15, ia mengumumkan kesiapannya untuk mengundurkan diri. Indonesia berada dalam kekacauan pada saat itu, dengan penjarahan toko-toko dan supermarket di wilayah Jabodetabek yang berujung pada kerusuhan yang dikenal sebagai Pemberontakan Mei 1998, yang memakan lebih banyak korban jiwa dibandingkan protes mahasiswa sebelumnya, yang menewaskan 500 orang. Kerusuhan terjadi di supermarket antara lain Hero Supermarket, Super Indo, Makro, Goro, Ramayanam, dan Borobudur.

Pada tanggal 15 Mei 1998, Soeharto kembali ke Indonesia dan membantah kabar bahwa ia siap turun tahta. Negosiasi dengan tokoh-tokoh Islam seperti Noorcholis Majid, Abdurachman Wahid (Gus Door), Malik Fajjar dan KH Ali Yafi untuk segera membentuk komite reformasi tampaknya gagal meredam kemarahan mahasiswa yang sudah membara.

Mahasiswa terus berdatangan ke gedung MPR dan DPR RI menuntut Soeharto segera mundur. Setelah sekelompok mahasiswa ngotot dan tak mau lagi pulang dari gedung MPR dan DPR, Soeharto akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka tepat pukul 09.05 pada Kamis 21 Mei 1998. Bij Habibi menggantikan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia.

Berakhirnya pemerintahan Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa menandai dimulainya masa reformasi di Indonesia. Korban tewas akibat kerusuhan Mei 1998 mencapai 1.188 orang, dan sedikitnya 85 perempuan dilaporkan mengalami pelecehan seksual.

TIARA JUWITA | Hendrik Khoirul Muhid

Pilihan Editor: 23 tahun reformasi: Rangkaian peristiwa yang menyebabkan lengsernya Soeharto pada Mei 1998

Sekjen HIPMI memperkirakan BPK sudah mengancam kehidupan negara karena kewenangannya yang tinggi. Baca selengkapnya

Pasca pengunduran diri Soeharto, Presiden Bij Habibi membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan dengan 36 menteri. Kabinetnya sangat singkat, hanya 1 tahun. Baca selengkapnya

Emmanuel Macron mengatakan kerusuhan di Kaledonia Baru belum pernah terjadi sebelumnya. Baca selengkapnya

Setiap tahunnya mahasiswa Fakultas Farmasi UI mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh IPSF APRO. Baca selengkapnya

Ainun Habib meninggal 10 tahun lalu. Namun kisah cinta dokter lulusan UI dan BJ Habibi memang melegenda. Baca selengkapnya

Dari pertemuan pertama mereka pada tahun 1950 saat BJ Habib berusia 14 tahun, perjalanan politik Soeharto memang tidak bisa dipisahkan. Baca selengkapnya

BJ Habibi menjabat Presiden selama satu tahun pada 1998-1999. Meski berumur pendek, ia berhasil melakukan reformasi penting dalam sejarah Indonesia. Baca selengkapnya

Wiranto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat ini membentuk koalisi Prabowo. Pada tahun 1998, keduanya berperan dalam menggulingkan Prabowo. Baca selengkapnya

Selain mengkaji dampak bencana hidrologi terhadap perekonomian negara, penelitian ini juga mengungkap variasi spatio-temporal luas permukaan air. Baca selengkapnya

Mei 1998 merupakan titik balik penting dalam sejarah reformasi. Mundurnya Soeharto, krisis keuangan, pelanggaran HAM, demonstrasi mahasiswa menjadi permasalahan saat itu. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *