Orang Asia Lebih Rentan Terkena Hipertensi, Ini Faktornya

TEMPO.CO , Jakarta – Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia Eka Harmeywati mengatakan orang Asia lebih rentan terkena hipertensi dibandingkan ras lain di dunia.

“Populasi Asia memiliki gen yang sensitif terhadap garam. “Dibandingkan (orang) Eropa, ini faktor risiko darah tinggi atau hipertensi, berbeda dengan ras bule,” kata Eka Harmeywati saat ditemui di Jakarta, Jumat, 17 Mei 2024.

Eka mengatakan, salah satu faktor gen orang Asia sensitif terhadap garam disebabkan oleh budaya makanan yang sudah terbentuk sejak zaman dahulu, yang tidak lepas dari makanan yang rasanya asin. Misalnya di Jepang, Korea, dan China, mereka menyukai makanan fermentasi seperti tahu busuk, kimchi, dan natto.

Sedangkan di Indonesia, makanan yang disebutkannya identik dengan rasa asin dan populer, seperti sambal, sambal, ikan asin, serta jajanan dan makanan beku yang banyak dijual di pusat perbelanjaan. Garam menyebabkan resistensi cairan sehingga volume darah tinggi sehingga tekanan darah tinggi, ujarnya.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen.

Pengamatan di rumah sakit menunjukkan banyak pasien hipertensi mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, bahkan cuci darah. Kondisi ini bahkan ditemukan pada usia yang jauh lebih muda.

Eka mengatakan, dulu faktor risiko hipertensi banyak ditemukan pada pasien berusia 55 tahun ke atas, namun kini trennya bergeser ke usia 30-40 tahun. Tren ini juga berlaku pada kondisi global. “Itu bersifat genetik, dan tidak ada yang dapat Anda lakukan mengenai genetika. “Orang Asia secara genetik lebih sensitif terhadap garam.

Menyikapi situasi tersebut, Eka menyarankan agar masyarakat mengonsumsi garam tidak lebih dari lima gram per hari, atau satu sendok teh per orang per hari. Dibandingkan membeli makanan siap saji, kata dia, lebih baik membuat lauk pauk di rumah karena jumlah bumbu bisa disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang.

Mengonsumsi daun seledri dan mentimun dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Sementara soal minuman, ia menyarankan agar penderita darah tinggi memperbanyak konsumsi air putih.

Penderita darah tinggi tidak dianjurkan minum kopi dalam jumlah banyak, terutama bagi penderita hipertensi berat. Kalaupun ingin minum kopi, penderita bisa memilih kopi hitam yang lebih sehat dan bergizi bagi tubuh, ujarnya.

Pilihan Editor: Pasien terduga COVID-19 meninggal karena hipertensi

Menurut Kementerian Kesehatan, prevalensi hipertensi yang didiagnosis dokter menurun dari 8,4 persen pada tahun 2018 menjadi 8 persen pada tahun 2023. Baca selengkapnya.

Hati-hati, konsumsi garam berlebihan merupakan faktor utama terjadinya hipertensi sehingga meningkatkan faktor risiko penyakit jantung. Baca selengkapnya

Menurut Kementerian Kesehatan, tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dan 90-95 persen kasusnya dikendalikan oleh hipertensi esensial. Baca selengkapnya

Hipertensi seringkali terjadi tanpa gejala. Cegahnya dengan melakukan 10 cara ini. Baca selengkapnya

Para ahli meminta jamaah haji dengan riwayat hipertensi untuk rutin minum air putih dan obat selama berada di Tanah Suci. Baca selengkapnya

Ada beberapa cara untuk menurunkan tekanan darah. Mengonsumsi buah-buahan secara rutin bisa menjadi salah satu pilihan. Baca selengkapnya

Tekanan darah tinggi tidak selalu bisa diobati dengan obat-obatan. Masalah kesehatan ini juga bisa diatasi dengan melakukan hal berikut ini. Baca selengkapnya

Penting bagi perempuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya hipertensi untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan jantung. Baca selengkapnya

Hari Hipertensi Sedunia diperingati setiap hari pada tanggal 17 Mei. Baca selengkapnya

Komedian Parto Patrio sedang dalam masa pemulihan setelah operasi batu ginjal. Lalu apa saja penyebab dan tanda penyakit ini? Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *