Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

TEMPO.CO, Jakarta – Perusahaan farmasi AstraZeneca mengakui vaksin Covid-19 yang dikembangkannya hanya memberikan dampak yang sangat kecil. Pengakuan itu dimasukkan dalam dokumen pengadilan setelah seorang pasien digugat yang mengalami pembekuan darah dan jumlah trombosit darah rendah setelah menerima vaksin AstraZeneca.

Jamie Scott adalah pasien pertama yang mengalami pembekuan darah akibat vaksin AstraZeneca. Pada April 2021, ia mengalami kerusakan otak permanen dan pendarahan di otak setelah menerima satu dosis vaksin.

Insiden dengan Jamie Scoot berujung pada tuntutan hukum terhadap AstraZeneca. Perusahaan farmasi tersebut membantah dan tidak menerima tudingan gugatan tahun 2023 tersebut. Namun berkat kajian mendalam, AstraZeneca menyadari kekurangan vaksinnya dan bersedia membayar denda kompensasi.

Menanggapi kejadian tersebut, Dickie Budiman, ahli epidemiologi di Griffith University Australia, mengatakan kasus pembekuan darah pada pasien pasca vaksinasi AstraZeneca jarang terjadi. Gangguan atau fenomena ini disebut sindrom trombotik trombositopenia atau TTS.

Disebut langka karena tidak semua orang seperti itu, sehingga kasusnya sangat kecil, kata Dickey kepada Tempo, Kamis, 2 Mei 2024. TTS bisa terjadi jika pembekuan darah tidak normal, ujarnya. Dengan mengurangi jumlah trombosit.

Menurut Dickey, kondisi pembekuan darah dengan jumlah trombosit yang rendah merupakan salah satu jenis kelainan pada tubuh manusia yang pada beberapa kasus bisa berakibat serius bahkan mengancam nyawa. “Bisa disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap vaksin secara umum, atau istilah ilmiahnya VITT (vaccine-receptor cybocytopenia),” kata Dickey.

Meski terdengar menakutkan, Dickey mengimbau masyarakat tidak perlu takut untuk mendapatkan vaksin karena persentase kasus TTS akibat vaksin AstraZeneca sangat rendah. Menurutnya, risiko terjadinya sindrom ini sebesar 8,1 persen dari setiap 1 juta penerima vaksin AstraZeneca.

Selain itu, Dickey juga meminta petugas kesehatan untuk menginformasikan kepada pasien tentang proses vaksinasi, seperti apa saja yang terlibat dan gejala apa yang akan mereka alami setelah vaksinasi. Selain itu, pasien juga diminta melaporkan keluhan perubahan signifikan pada kondisi tubuhnya pasca vaksinasi.

“Teknik-teknik ini sangat penting agar pasien mengetahui jenis suntikan apa yang akan masuk ke tubuhnya. Kemudian juga mengedukasi pasien dengan literasi terkini,” kata Dickey.

Telegrap

Pilihan Editor: Hari Pendidikan Nasional: Universitas Jember memberikan penghargaan kepada mahasiswa kedokteran dengan IPK 4,00

Pada tahun 2024, jemaah haji wajib mendapat 3 vaksin, namun ada tambahan vaksin polio khusus jemaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. lagi

Perusahaan farmasi AstraZeneca mengakui ada efek samping yang jarang terjadi, yakni trombositopenia. lagi

Para ahli epidemiologi menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tidak berdampak pada penanganan Covid-19 saat ini. lagi

Anda dapat mengecek status dan jenis vaksin Covid-19 melalui aplikasi SatuSehat Baca Selengkapnya

Perusahaan farmasi AstraZeneca memutuskan untuk menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Jangka waktu sidangnya bertepatan dengan sidangnya. lagi

Meningitis seringkali sulit didiagnosis dan dapat berkembang dengan sangat cepat. Jika anak-anak tidak ditolong dalam waktu 24 jam, mereka bisa mati total

Para ahli merekomendasikan agar vaksin tetap dilanjutkan, tetapi jika masyarakat ragu dengan vaksin AstraZeneca, gunakan jenis lain. lagi

Jemaah diingatkan akan pentingnya persiapan fisik sebelum berangkat ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. lagi

AstraZeneca mengatakan dengan banyaknya varian vaksin Covid-19 yang dikembangkan, jumlah vaksin yang tersedia pun banyak.

Pada tahun 2021, European Medicines Agency (EMA) mengungkap dampak buruk vaksin AstraZeneca. lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *