Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

TEMPO.CO, Jakarta – Tidur memang penting untuk kesehatan mental dan kesejahteraan, namun ketika Anda mengalami perubahan hidup yang sangat mengancam kualitas tidur, tidur menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya, dapat meningkatkan jumlah dan kualitas tidur selama persalinan, kehamilan, dan persalinan.

Menurut Psychology Today, satu dari lima wanita akan mengalami masalah kesehatan mental saat melahirkan, dan tiga perempat wanita akan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kualitas tidur yang buruk, atau penyakit tidur. Oleh karena itu, kesehatan mental dan tidur merupakan dua hal yang berkaitan erat.

Artinya, ibu dengan gejala kesehatan mental yang parah melaporkan lebih banyak masalah tidur selama kehamilan dan masa nifas, sedangkan ibu dengan kualitas tidur buruk lebih mungkin mengalami masalah kesehatan.

Tidur saat hamil dan melahirkan

Telah lama ada hubungan antara tidur selama kehamilan dan risiko gangguan mental perinatal, namun peneliti menemukan bahwa wanita mengalami masalah tidur pada trimester kedua dan ketiga, yang merupakan peningkatan gejala depresi pascapersalinan.

Kurang tidur pasca melahirkan dikaitkan dengan beberapa dampak kesehatan yang serius, termasuk peningkatan angka gangguan kesehatan mental pasca melahirkan, penurunan kualitas hidup, dan buruknya kesehatan ibu, bayi, dan keluarga. Tinjauan literatur dengan jelas menunjukkan hubungan yang kuat antara gangguan tidur pascapersalinan dan manajemen tidur yang buruk selama kehamilan dan pascapersalinan.

1. Menyaring

Meskipun kualitas tidur yang buruk selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan berat badan pasca melahirkan, masalah tidur selama kehamilan sering kali kurang terdiagnosis karena masalah tidur dapat didiagnosis. Namun penelitian menunjukkan bahwa risiko gangguan kesehatan pada ibu yang mengalami gangguan tidur selama kehamilan tidak boleh dianggap remeh.

Latihan tidur teratur dapat dilihat pada ibu hamil yang mendapat manfaat dari tindakan pencegahan.

2. Pergi tidur

Menurut Sleep Foundation, durasi tidur yang pendek dan jadwal tidur yang tidak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian seseorang, yaitu mekanisme 24 jam yang mengatur siklus tidur-bangun. Ritme sirkadian yang tidak sinkron ini bisa membuat seseorang tertidur saat ingin bangun dan bangun saat ingin tidur.

Orang tua baru perlu membuat rencana pascapersalinan untuk melindungi tidur mereka. Hal ini dapat dicapai dengan membagi malam hari menjadi dua shift untuk mengurus bayi. Shift pertama pukul 20.00 hingga 02.00 dan shift kedua pukul 02.00 hingga 08.00.

Hal ini mengharuskan kedua orang tua untuk pergi tidur sesegera mungkin untuk mengatasi pola tidur yang dicegah. Jika Anda menyusui bayi Anda, ia sebaiknya mencoba memompa atau menyusu sebelum tidur dan bangun hanya jika ia perlu memompa dan menyusu lagi saat tidur.

Merencanakan pengaturan tidur singkat mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko gangguan tidur. Hal ini tidak hanya dapat memperkuat kesehatan fisik orang tua kandung, tetapi juga dapat mencegah atau mengurangi gejala gangguan kesehatan mental pada kedua orang tuanya.

3. Pengobatan

Terdapat juga penelitian yang mendukung efektivitas terapi perilaku kognitif untuk insomnia, atau CBT-I, dalam mengurangi masalah tidur dan menurunkan risiko depresi pascapersalinan.

CBT-I adalah pendekatan pengobatan jangka pendek yang menggabungkan intervensi perilaku untuk meningkatkan kualitas tidur. Misalnya, kembangkan kebiasaan tidur yang baik dan ciptakan tidur malam yang lebih nyenyak. Hal ini dapat mencakup pelatihan relaksasi, intervensi kognitif untuk mengubah pemikiran dan kekhawatiran tentang tidur, dan psikoedukasi tentang kesehatan tidur.

Catatan Editor: Para ayah mengalami depresi pasca melahirkan, dijelaskan di bawah

Dekan di Fakultas Kedokteran Universitas Iowa menjelaskan beberapa masalah kehamilan setelah usia 20-35 tahun. Situasi ini harus dimulai sesegera mungkin. Baca lagi

Sifilis dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya melalui plasenta. Tes kehamilan dapat membantu mencegah kehamilan. Baca lagi

Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 60% wanita mengalami insomnia. Dikatakan bahwa mereka tidur lebih nyenyak dibandingkan wanita lain. Baca lagi

Risiko komplikasi terkait kehamilan dapat meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada mereka yang berusia di atas 35 tahun

Microsleep bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, apalagi jika melakukan aktivitas atau tidur yang monoton. Baca lagi

Setiap orang bisa sakit karena alasan yang berbeda-beda. Kapan Anda perlu melakukan perawatan khusus dan menemui dokter? Baca lagi

Berbagai masalah dan kekhawatiran terkait tidur dapat dialami selama kehamilan dan berlanjut hingga masa nifas. Baca lagi

Ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan USG dan mengonsumsi makanan tinggi lemak untuk mudik Lebaran. Baca lagi

Ibu hamil berusia 35 tahun ke atas dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin seperti pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan detak jantung karena berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi. Baca lagi

Kebiasaan ini sebaiknya dihindari saat menjelang tidur karena meningkatkan risiko sakit di kemudian hari. Baca lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *