Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Perlu Dimulai di Usia 35-40 tahun

TEMPO.CO, Jakarta – Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Universitas Indonesia Depok Prima Almazini menjelaskan, pencegahan penyakit jantung koroner di usia tua sebaiknya dilakukan pada usia 35-40 tahun. Pasalnya, faktor risiko penyebab terjadinya proses penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah koroner dengan endapan mulai terlihat pada usia tersebut, karena berlangsung cukup lama.

“Sejak usia muda sebenarnya terjadi secara bertahap pada dinding pembuluh darah. 25 Agustus 2024.

Ia mengatakan, setiap tiga detik ada satu orang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner atau stroke. Di Indonesia, satu dari 10 orang meninggal karena penyakit jantung koroner. Total biaya layanan yang dikeluarkan untuk penyakit jantung adalah sebesar Rp7,4 triliun dan merupakan yang tertinggi dari seluruh penyakit pada tahun 2016.

“Jadi kita harus berusaha untuk mengatasinya dan yang penting mencegahnya. Selain angka kematiannya tinggi, dampaknya terhadap pembiayaan kesehatan juga sangat tinggi,” jelasnya.

Plak bisa terjadi karena sejumlah faktor risiko, antara lain hipertensi atau tekanan darah di atas 140 di atas 90 mmHg, diabetes atau kadar gula darah tinggi, dan obesitas atau indeks massa tubuh (BMI) yang melebihi normal atau 25,0 setelahnya. dihitung menggunakan rumus BMI yaitu berat badan dibagi tinggi badan kuadrat.

Pasang ring dan bypass Faktor risiko berikut ini adalah kolesterol tinggi (dislipidemia) dan merokok. Menurut Prima, faktor risiko tersebut hanya bisa dideteksi melalui pemeriksaan kesehatan rutin, konsultasi dokter, dan pemeriksaan laboratorium. Jika ditemukan faktor risiko, masyarakat diminta untuk segera berhenti merokok, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan seimbang, istirahat cukup, dan mengelola stres dengan baik untuk menurunkan risikonya.

“Terapkan pola hidup sehat seperti mengurangi garam, gula, makanan yang mengandung minyak, santan dan junk food, rutin berolahraga, dan terus mengendalikan faktor risiko melalui pemeriksaan kesehatan rutin, konsultasi kesehatan, dan pemeriksaan laboratorium,” sarannya.

Ia mengatakan, orang yang mengalami serangan jantung atau serangan jantung secara tiba-tiba biasanya tidak memiliki gejala sebelumnya, sehingga penyakit jantung koroner disebut juga sebagai silent killer.

“Karena blokade yang dimulai secara bertahap mencapai puncaknya. Artinya aliran darah tidak lagi lancar, pola makan juga tidak lancar, fungsi otot jantung terganggu, dan hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada seluruh tubuh. dia menjelaskan.

Gejala khas yang dapat dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner adalah keluhan nyeri dada atau tekanan kuat pada area dada selama lebih dari 20 menit disertai rasa panas, bahkan keringat dingin yang menyelimuti seluruh tubuh atau gejala lain seperti. kelemahan, mual dan pusing. Jika hal ini terjadi, pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi, yaitu dengan terapi yang meliputi pemberian obat dan pemasangan cincin.

“Terapi implan cincin ini hanya untuk pengobatan, bukan pencegahan, karena kalau tidak terlihat adanya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah, bagaimana tahu di area mana plak menumpuk,” kata Prima.

Sementara pengobatannya melalui pembedahan atau operasi bypass atau upaya pengikatan aorta yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh hingga ke pembuluh koroner. Sambungannya terletak lebih tinggi atau di atas pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat.

Tujuannya sama, intinya memperlancar aliran darah dengan hubungan tersebut sehingga seluruh otot jantung mendapat aliran darah yang optimal, kata Prima.

Pilihan Editor: Ahli jantung menyebutkan pentingnya menjaga tekanan darah normal untuk menghindari masalah koroner

Konser terakhir Elvis Presley di Indianapolis, AS, pada 26 Juni 1977. Dua bulan kemudian, Raj Rock and Roll ditemukan tewas. Baca selengkapnya

Pasien dengan penyakit jantung koroner dapat melakukan perjalanan dengan aman melalui udara, namun diperlukan pemeriksaan medis. Baca selengkapnya

Serangan jantung merenggut nyawa Michael Jackson, Lisa Marie Presley dan Diddy Kemp. Apa saja faktor risikonya? Baca selengkapnya

Tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi dapat menyebabkan timbulnya plak pada pembuluh darah dan berujung pada penyakit jantung koroner. Baca selengkapnya

Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, sehingga mereka yang memiliki riwayat kondisi ini sebaiknya menurunkan tekanan darahnya. Baca selengkapnya

Terlalu lama berada di luar ruangan saat cuaca panas dapat meningkatkan risiko kesehatan, terutama bagi kelompok rentan. Siapa mereka? Baca selengkapnya

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan diseksi aorta atau pecahnya pembuluh darah besar, antara lain hipertensi, penyakit arteri koroner. Baca selengkapnya

Dokter menekankan pentingnya pola hidup sehat bagi masyarakat untuk mencegah penyakit jantung koroner. Baca selengkapnya

Para ahli mengatakan, pemasangan ring jantung masih menjadi solusi efektif untuk mengatasi penyumbatan pembuluh darah. Kapan diperlukan bagi pasien penyakit jantung? Baca selengkapnya

Sekitar 142.000 jemaah haji memanfaatkan layanan kesehatan yang disediakan tim medis pemerintah Arab Saudi di Mekkah. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *