Peneliti BRIN: Otsus Papua Tidak Selesaikan Masalah

TEMPO.CO , Jakarta – Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Adriana Elizabeth, mengatakan kemandirian atau kemandirian tidak menyelesaikan persoalan politik Papua di Bumi Cenderawasih. Penyebabnya adalah kurangnya kemandirian yang menjadi akar permasalahan Papua selama 20 tahun. Oleh karena itu, penentuan nasib sendiri bagi Papua bukanlah solusi atau penyelesaian konflik Papua.

“Otsus hanya mengambil sebagian dari keputusan pembangunan. Tidak ada tempat untuk memikirkan desain penyelesaian konflik di Papua,” kata Adriana dalam diskusi yang diselenggarakan Aliansi Kemanusiaan untuk Papua di Graha Okumeni, Jakarta.

Menurut Adriana, permasalahan Papua sangat kompleks. Berdasarkan survei LIPI – BRIN saat ini, ada empat permasalahan utama di Papua. Keempat bagian tersebut adalah pembangunan, diskriminasi, realisasi hak asasi manusia (HAM), dan sejarah isu politik integrasi Papua.

Perubahan fisik sudah mulai terjadi di Papua terkait pembangunan. Namun Adriana ragu pembangunan itu akan dilakukan sesuai keinginan masyarakat Papua. Dari segi diskriminasi, masyarakat Papua masih mengalami diskriminasi etnis. Pengepungan rumah warga Papua di Surabaya pada tahun 2019 menjadi buktinya, kata Adriana.

Selain itu, Adriana menilai masih banyak masyarakat Papua yang menjadi korban pelanggaran HAM. Tidak ada kemajuan dalam bidang hak asasi manusia dan kondisinya terus memburuk. “Jumlah pelaku kejahatan semakin meningkat,” kata Adriana. “Maka masalah politik sejarah kebenaran belum terpecahkan.”

Selain keempat permasalahan tersebut, Adriana menilai permasalahan Papua kini semakin pelik. Ia mengatakan, ada konflik sumber daya alam, konflik sosial, dan konflik politik.

Di sisi lain, pemerintah hanya menggunakan dua cara untuk mengendalikan permasalahan di Papua. Pendekatan ini tidak benar-benar menyelesaikan permasalahan Papua. Baik metode progresif maupun defensif bersifat represif.

Melihat situasi tersebut, Adriana lantas menanyakan apakah perang Papua memang direncanakan atau terjadi begitu saja. Jika dirancang dengan sengaja, hanya perancang yang dapat menyelesaikan konflik ini. Apapun niat pengembangnya, permasalahan di Papua tidak akan berhenti.

Pilihan Redaksi: Bobby Nasushan Lantik Pamannya Jadi Sekretaris Daerah Kota Medan Berikut profil Benny Sanumba Sirgar.

TPNPB-OPM menyatakan meminta warga meninggalkan 8 wilayah yang mereka sebut zona perang. Baca selengkapnya

Baru-baru ini TPNPB menyerang Polsek Homeyo dan kantor pos 1705-05/Homeyo serta membakar sebuah sekolah di Distrik Homeyo, Intan Jaya.

Aparat keamanan menyelidiki lokasi pembakaran 2 truk dan 2 ekskavator milik PT Simon di Pulau Yapan, Papua. Baca selengkapnya

Sulit membedakan antara prajurit KKB atau TPNPB-OPM dengan warga sipil Polda Papua dan juga TNI. Baca selengkapnya

Polri menyatakan akan terus menggunakan istilah Bandit Bersenjata (KKB) terhadap kelompok pencari kemerdekaan Papua. Baca selengkapnya

Polisi di Nduga, Papua, telah menyerahkan dokumen Epson Nirigi, anggota TPNPB Egianus Kogeya yang dituduh memasok senjata.

Jokowi mengumpulkan para menteri dan kepala departemen pemerintahan di istana presiden di Jakarta pada hari Rabu. Alat Anggaran Operasi Khusus Papua. Baca selengkapnya

Serangan TPNPB terbaru di Intan Jaya terjadi dalam dua hari

Amnesty International Indonesia juga mendesak pemerintah untuk menjamin hak-hak dasar seluruh masyarakat di Papua. Baca selengkapnya

Kapolri memberikan kenaikan pangkat khusus kepada 5 anggota polisi di Papua yakni KPLB, naik satu tingkat dari pangkat sebelumnya. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *