Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

TEMPO.CO, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan sistem pembelajaran mesin berbasis data dan pencocokan statistik yang dapat mengidentifikasi penyakit tanaman teh secara otomatis. Ana Heryana, peneliti ahli dari Pusat Penelitian Kecerdasan Buatan dan Keamanan Siber BRIN mengatakan, perkebunan teh rentan terhadap serangan virus, bakteri, jamur, dan cuaca. Diagnosis dini diperlukan untuk mencegah penyakit tanaman.

“Saat ini umumnya dilakukan secara manual dengan mengandalkan tenaga ahli. Petani teh belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan identifikasi secara akurat dan cepat,” kata Ana melalui pesannya, Kamis 16 Mei 2024.

Dahulu pengecekan penyakit sungai selalu dilakukan dengan tangan. Oleh karena itu, petani terlambat bertindak untuk menghilangkan penyebab penyakit teh. Perbedaan faktor geografis dan lingkungan di perkebunan teh seringkali menghambat identifikasi penyakit.

Instansi pemerintah sering kesulitan mengidentifikasi penyakit tanaman karena terbatasnya infrastruktur. Jika tidak bisa diberantas, penyakit ini akan menyebabkan gagalnya perkebunan teh sehingga merugikan petani.

Peneliti BRIN kemudian mengembangkan perangkat portabel untuk mengidentifikasi penyakit pada tanaman teh. Alat ini memiliki aplikasinya sendiri yang bertindak sebagai administrator web. Sistem akan tangguh atau mampu bertahan terhadap perubahan data.

Menurut Ana, anggota BRIN berupaya memperkecil ukuran model deep learning yang akan digunakan. Detektor sungai juga dirancang untuk bekerja secara offline menggunakan single board computer (SBC).

“Kami berencana menerapkan deep convolution,” kata Ana, koordinator proyek pengembangan sistem Mendiagnosis penyakit sungai.

Proyek alat pendeteksi penyakit tanaman ini awalnya dimulai dengan pengembangan database, setelah itu metode pengelolaan gambar, dilanjutkan dengan deep learning, dan akhirnya dipindahkan ke sistem Offline.

Pilihan Editor: PT BSI berhenti meledakkan tambang emas setelah insiden turis yang mengejutkan

Pada bulan Juni 2024, akan terjadi peristiwa langit yang sangat langka. Harap catat perkiraan tanggal dan waktu di bawah ini agar tidak ketinggalan. Baca selengkapnya

BRIN memiliki sekitar 100 hektar lahan di Pulau Biak di Papua yang diperuntukkan bagi peluncuran rudal. Baca selengkapnya

Kepala BRIN mengatakan, Indonesia menghabiskan sekitar 475 miliar dolar AS per tahun untuk mendapatkan data citra satelit untuk memantau kondisi cuaca. Baca selengkapnya

Kepala BRIN mengatakan hingga saat ini Indonesia hanya memiliki satelit untuk telekomunikasi. Tidak memadai. Baca selengkapnya

BMKG dan BRIN memperkirakan Idul Adha tahun ini akan sama dengan yang ditetapkan Muhammadiyah. Baca selengkapnya

Peneliti BRIN mengatakan perubahan iklim harus beradaptasi dengan kebutuhan lahan untuk mengisi waduk. Ada juga musim kemarau basah dan La Nina. Baca selengkapnya

Pakar Peneliti Utama BRIN Yuli Vidiyastuti memaparkan potensi jamu, sejarahnya, dan pengakuan UNESCO. Baca selengkapnya

Menurut peneliti BRIN, kebocoran gas rawa tersebut dimanfaatkan masyarakat Kalimantan Barat untuk kompor. Baca selengkapnya

“Teknologi AI sangat berguna untuk membantu implementasi perusahaan fintech, misalnya untuk menjamin pengumpulan dan akurasi data.” Baca selengkapnya

Tim peneliti BRIN mengkaji penemuan kerangka manusia purba dan artefak lainnya di Gua Aul, Ciamis, Jawa Barat. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *