TEMPO.CO, Yogyakarta – Suasana kawasan Tugu Yogyakarta gelap hingga nol kilometer pada Sabtu malam, 23 Maret 2024. Mulai pukul 19.00 hingga 20.00 VIB atau selama 60 menit, gedung-gedung publik dan swasta di dalamnya kawasan tersebut mematikan lampu secara serentak sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Earth Hour.
Meski hari sudah gelap, para pengunjung dan wisatawan yang menginap di kawasan itu tak kunjung beranjak. Mereka melanjutkan urusan mereka sampai lampu kembali menyala.
“Gerakan Earth Hour merupakan gerakan mencintai Bumi dengan mematikan lampu secara simbolis selama 60 menit, yang diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk menjalani gaya hidup ramah lingkungan,” kata Kepala Balai Besar Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DII) Yogyakarta. . ). Layanan Kusno Vibovo Masalah pemanasan global
Gerakan yang diluncurkan oleh VVF Indonesia di Indonesia ini merupakan kampanye global yang menyerukan agar masyarakat lebih peduli terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Kampanye Earth Hour juga menghimbau semua pihak untuk menghemat listrik dengan mematikan lampu selama 60 menit.
“Gerakan ini menggambarkan cara hidup hemat energi untuk mengatasi permasalahan lingkungan.” Kami ingin sebanyak-banyaknya pihak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi terhadap isu perubahan iklim dan pendidikan tentang cara hidup ramah lingkungan.
Kusno mengungkapkan, gerakan Earth Hour dimulai pada tahun 2007 di Sydney, Australia. Indonesia memulai gerakan ini pada tahun 2009 dan juga menjadi gerakan yang mempunyai kekuatan dalam menjaga lingkungan.
“Gerakan ini juga mendorong warga untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Masyarakat juga bisa beralih ke sumber energi terbarukan,” ujarnya.
Meski bersifat simbolis, kami berharap gerakan ini menjadi kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Anita Weravati, Direktur Eksekutif Harian Dinas Pariwisata, mengatakan dengan melihat kondisi lingkungan saat ini, gerakan Earth Hour merupakan upaya penyelamatan Bumi.
“Gerakan ini hanyalah dorongan awal untuk mengubah lingkungan, kehidupan, dan cara hidup kita,” ujarnya.
Direktur Kehutanan dan Margasatwa WWF Indonesia Muhammad Ali Imran mengatakan, acara Earth Hour ini bersifat simbolis namun memiliki makna yang sangat dalam. Meski hanya sekedar mematikan lampu atau alat elektronik yang tidak digunakan selama 60 menit, hal ini merupakan upaya melindungi penuaan Bumi.
“Sangat penting bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan Bumi yang tua dan semakin sakit ini,” ujarnya.
PROFESIONAL SWASTA
Pilihan Editor: Sejarah Yogyakarta yang monumental, kini dihiasi mural baru
Bus yang terbakar merupakan satu dari dua bus wisata yang digunakan rombongan SMA Bina Sirebon dalam perjalanan ke Yogyakarta. Lagi
Pengemis ini sebelumnya pernah berurusan dengan perusahaan Satpol PP karena mengemis dan merokok sehingga meresahkan pengunjung Malioboro. Lagi
Yogyakarta memiliki 180 karya warisan budaya yang terdaftar pada tahun 2013 hingga 2023.
Daop 6 Destinasi favorit long weekend di Yogyakarta adalah kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Madiun, Surabaya dan juga Banjuwangi
Bagaikan surga tersembunyi, Pantai Vatunene merupakan salah satu dari sekian banyak pantai indah yang ada di Kabupaten Gunungkidul. penasaran? Lagi
Kabupaten Gunungkidul mempunyai banyak kuliner yang bisa memuaskan selera Anda. Mulai dari gudeg mangar hingga walang goreng, setiap hidangan memiliki cerita dan cita rasa yang unik. Lagi
Lomba domba hias ini dalam rangka HUT Kabupaten Sleman ke-108 dan menyambut Idul Adha 2024 dengan sasaran para peternak dari berbagai daerah. Lagi
Jika kondisi terlalu terjal untuk aktivitas vulkanik Gunung Merapi, wisatawan bisa berkemah di Gunung Turgo atau menjelajahi tempat wisata alam. Lagi
Wisatawan diimbau untuk lebih berhati-hati karena gelombang laut meningkat di Pantai Ngobaran Yogyakarta. Lagi
Pada akhir Mei lalu, RS UGM mulai membuka layanan wisata kesehatan dan kebugaran. Lagi