Sama Bahaya dengan FOMO, Ini Alasan Tak Boleh Tenggelam Dalam FOPO

TEMPO.CO, Jakarta – FOPO, bukan FOMO, apakah Anda salah satu yang merasakannya? Istilah FOPO diciptakan oleh psikolog Michael Gervais, yang juga penulis The First Rule of Ownership: Stop Worrying What People Think About You. Artinya takut terhadap pendapat orang, artinya takut terhadap apa yang orang pikirkan tentang kita.

Ketakutannya berbeda-beda, bisa berupa pendapat rekan kerja, komentar tentang pakaian kita atau sikap yang mungkin aneh bagi orang lain. Akibatnya, ketakutan ini mengurangi peluang Anda. Menurut Gervais, penolakan tidak membunuh Anda, namun Anda merasa seperti sedang sekarat.

Terapis keluarga dan pernikahan Aparna Sagaram pernah mengalami hal ini dengan kliennya, terutama keluarga imigran. Munculnya media sosial juga berperan, kata Sagaram, dengan media sosial menjadi validasi eksternal antara permintaan suka, komentar, dan mengikuti.

“Ini bukan tentang apa yang terbaik bagi Anda, ini tentang apa yang orang lain anggap terbaik bagi Anda,” katanya kepada HuffPost.

Pilih Pretense Cek nada suara orang juga FOPO. “Jadi saat Anda bersama orang lain, Anda memeriksa nada suaranya, ekspresi mereka, bahasa tubuh mereka. Anda memeriksa apakah mereka cocok, atau untuk memahami isi perkataan mereka, atau emosi di baliknya,’ jelas Gervais.

Cara lainnya adalah dengan berpura-pura takut dengan komentar negatif. Misalnya, berpura-pura tertawa ketika ada lelucon yang menurut Anda tidak lucu, bersikap seolah-olah Anda pernah menonton film yang sedang dibicarakan teman Anda, tidak bingung atau bingung, dan sebagainya. tanggal Tapi ingat, kita adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain, sehingga sulit untuk tidak mendengarkan pendapat orang tentang kita.

“Kita hidup dalam hubungan, dalam masyarakat. Kita selalu berinteraksi dengan orang lain, jadi tidak masalah apa yang orang pikirkan. Namun yang paling penting adalah memahami seberapa besar Anda membiarkan orang lain memengaruhi Anda,” kata Sagaram.

Pilihan Editor: Apa itu Kecemasan dan Fobia Berlebihan di Masa Depan dan Apa Gejalanya?

Instagram memungkinkan pengguna untuk menonaktifkan sementara akun mereka dan mengaktifkannya kembali kapan saja. Begini caranya. Baca selengkapnya

Tagar “Semua Mata Tertuju Papua” banyak digunakan sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat Papua yang sedang berjuang meninggalkan perkebunan kelapa sawit. Baca selengkapnya

Sejak Jokowi menjabat presiden pada 2014 hingga 2019, hobi vloggingnya terus berlanjut. Baca selengkapnya

1 Juni Hari Lahir Pancasila juga bisa Anda rayakan dengan memasang link khusus Twibbon atau bingkai Pancasila di jejaring sosial Anda. Baca selengkapnya

Tidak semua pengguna Internet Service Provider (ISP) bermain online, kata Pratama Persadha, pakar keamanan siber di Pusat Penelitian Keamanan Sistem Informasi dan Komunikasi (CISSReC). Baca selengkapnya

Pada sore hari tanggal 30 Mei 2024, MRT mengumumkan tidak ada korban jiwa atau cedera ketika kereta bawah tanah proyek tersebut tergelincir di stasiun MRT Blok M BCA dan menabrak Kejaksaan Agung Jakarta. Baca selengkapnya

Kesuksesan para kreator TikTok bukan hanya soal keterampilan membuat konten. Rumus kata kunci dan edukasi merupakan aspek yang sangat penting. Baca selengkapnya

Baca artikel selengkapnya tentang mengapa detoks digital itu penting dan perlu

SafeNet menyuarakan pendapatnya mengenai rencana Kementerian Komunikasi dan Informasi (Cominfo) untuk membentuk Dewan Media Sosial (DMS). Baca selengkapnya

Kominfo akan membentuk Dewan atau Lembaga Media Sosial untuk memantau konten media sosial. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *