Saran Walhi Sumbar Agar Tidak Terjadi Lagi Bencana Ekologis di Kawasan Lembah Anai

TEMPO.CO, Jakarta – Forum Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Sumbar menyatakan perlu dilakukan evaluasi pengelolaan ruang dan lingkungan hidup agar bencana lingkungan seperti banjir bandang di kawasan Lembah Anai, Sumbar, tidak terulang kembali.

“Setelah penanganan dampak bencana, perlu dilakukan evaluasi dan penataan kembali pemanfaatan ruang kawasan Lembah Anai berdasarkan KLHS dan analisis risiko bencana. Kegiatan pemulihan fungsi bantaran sungai, restorasi dan rehabilitasi hulu sungai daerah aliran sungai itu penting,” kata Direktur Walhi Sumbar Venki Purwanto kepada Tempo, 13 Mei 2024, Senin.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, KLHS berarti serangkaian analisis yang sistematis, komprehensif, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan berlandaskan dan diintegrasikan ke dalam pembangunan dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau rencana bencana lingkungan hidup daerah. Hal ini bukan hanya akibat cuaca ekstrem, namun juga akibat akumulasi krisis lingkungan hidup. Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran kolektif terhadap lingkungan hidup dan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Dalam konteks ini, perubahan iklim, perubahan lahan dan degradasi lingkungan merupakan faktor yang meningkatkan risiko bencana.

“Bencana lingkungan terus terjadi, dan kini dampaknya semakin parah. Bencana ini harusnya dijadikan momentum untuk membangun dan meningkatkan kesadaran kolektif. Bencana banjir dan tanah longsor tidak selalu tentang curah hujan yang tinggi, namun tentang akumulasi krisis lingkungan hidup. Ekonomi, sosial dan aspek lingkungan hidup harus seimbang” apabila lingkungan hidup terus diabaikan maka akan terus menumpuk bencana lingkungan hidup. Sudah saatnya kita semua meningkatkan kesadaran lingkungan,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menyoroti kegagalan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, khususnya di wilayah Lembah Anai. Ia menilai pengembangan dan pemanfaatan ruang tidak didasarkan pada prinsip penanggulangan bencana yang komprehensif. Tanggung jawab BKSDA dan pemerintah daerah Sumbar, khususnya Gubernur Sumbar dan Bupati Thana Dadar dipertanyakan atas kegagalan tersebut.

“BKSDA Sumatera Barat bertanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Mega Mendung yang baik karena kelalaiannya maupun kesengajaannya menimbulkan tindakan atau kegiatan yang menimbulkan perubahan keutuhan kawasan dan operasional. TWA tidak konsisten dengan pengoperasian zona dan “Pengelolaan TWA dan Pengurangan Risiko Bencana Total (Disaster Risk Analysis)” ujarnya.

Selain itu, Vengi menekankan perlunya kebijakan konkrit berdasarkan data akurat dan penegakan peraturan lingkungan hidup yang ketat. Ia menyerukan peninjauan kembali kebijakan pembangunan, perencanaan tata ruang berdasarkan mitigasi bencana, dan audit lingkungan hidup yang komprehensif sebagai langkah mendesak untuk menangani bencana lingkungan.

Menurutnya, bencana ini tidak seharusnya terjadi di kawasan Lembah Anai. “Pandangan kami, bencana tersebut disebabkan oleh kelalaian dan kegagalan pemerintah dalam menjaga dan melindungi fungsi lingkungan hidup, kegagalan dalam melaksanakan penataan ruang, dan tidak melaksanakan manajemen bencana.” “Risiko bencana lingkungan di kawasan Lembah Annai seringkali diingatkan oleh banyak pihak, bahkan telah diberikan rekomendasi resmi kepada pengambil kebijakan,” ujarnya.

“Gubernur Sumbar dan Bupati Thana Dadar juga merupakan pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya bencana di kawasan Lembah Anai, yang disebabkan oleh kemungkinan adanya kelalaian atau kesengajaan, serta pengembangan dan pemanfaatan kawasan tersebut tidak berdasarkan manajemen bencana secara penuh. .” Kebijakan termasuk ketidakpatuhan terhadap kebijakan penanggulangan bencana, pemerintah telah gagal menjamin jaminan sosial dari ancaman bencana.

Menurutnya, masyarakat Sumbar perlu kebijakan yang serius, bukan sekedar gimmick politik. Dalam situasi geologi yang berpotensi menimbulkan bencana, peningkatan kesiapsiagaan dan perhatian terhadap informasi resmi pemerintah merupakan kunci pemulihan kawasan.

“Kami mengimbau semua pihak untuk terus memberikan dukungan baik materil maupun non materil kepada para korban dan keluarganya. Dukungan kami, apapun bentuknya, akan sangat berarti bagi para korban. Kami berharap tim SAR dan relawan yang mendampingi para korban dapat memberikan bantuan kepada para korban. nah Kesehatan, korban yang masih hidup “Semoga yang hilang segera ditemukan. Kami yakin, dan berharap kita semua diberi semangat dan berdaya,” ujarnya.

Pilihan Editor: Catatan Jadwal Rilis Hasil UTBK SNBT 2024

Walhi menjadi top 3 artikel tekno terpopuler saat memberikan peringatan kepada pemerintah mengenai bencana di kawasan Taman Wisata Alam Lembah Anai. Baca selengkapnya

Lembah Anai Sumatera Barat diprediksi berulang kali dilanda bencana. Bagaimana Valli bisa melakukan itu? Baca selengkapnya

Walhi Jawa Barat menanggapi rencana pemerintah Indonesia menampilkan proyek Citarum Harum pada World Water Forum ke-10 di Bali pada 18-25 Mei 2024. Baca selengkapnya

Walhi menyoroti kebijakan pelayanan sampah Pemerintahan Bupati Slayman yang tidak lagi memberikan layanan pengangkutan sampah organik kepada masyarakat. Baca selengkapnya

Kepala BNPB Pimpin Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Banjir Vulkanik di Provinsi Sumatera Barat. Baca selengkapnya

Kandungan logam berat (Pb, Cd, Cr) pada limbah cair operasi penambangan timah mencemari lingkungan. Baca selengkapnya

Komite Solidaritas Nasional Rembang mengungkapkan, situasi di Rembang saat ini kurang baik. Baca selengkapnya

Terdapat 108 tempat wisata alam dan buatan di Jawa Barat yang secara umum rawan bencana. Baca selengkapnya

Kondisi geografis, geologi, hidrologi, dan demografi sepanjang poros filosofis memungkinkan terjadinya bencana.

Para pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Kerem Abu Salem (Kerem Shalom) akan menjadi “bencana besar” bagi warga Palestina di Gaza Baca Selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *