Vakum 4 tahun Observatorium Bosscha ITB Kembali Buka Kunjungan Malam, Cek Jadwal dan Harga Tiketnya

TEMPO.CO, Jakarta – Observatorium Bosch di Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali melanjutkan kunjungan masyarakat pada malam hari setelah empat tahun vakum akibat Covid-19. Peneliti Observatorium Bosscha ITB Yatni Yulianti mengatakan, kunjungan malam hari akan dibuka dengan kuota 100 orang per kunjungan.

“Kami ingin memperkenalkan cara kerja astronomi di observatorium dengan memberikan pengalaman mengamati langit malam dan mengenalkan Anda pada Observatorium Bosch,” kata Yatni di Bandung, Minggu, 23 Juni 2024, seperti dikutip Antaranevs.

Jam berkunjung akan dibuka pada tanggal tertentu mulai Juni hingga Agustus 2024. Menurut situs Observatorium Bosch, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan peluang keberhasilan pengamatan menjelang musim kemarau.

“Bulan Juni kita buka tanggal 14 dan 21, bulan Juli tanggal 11, 12, 18, dan 19. Dan pada bulan-bulan berikutnya pada tanggal 8, 9, 15, dan 16,” ujarnya.

Kunjungan akan dimulai pada sore hari agar pengunjung dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan observatorium saat cuaca masih terang. Kunjungan malam akan dibuka pada hari Kamis atau Jumat setiap 2 minggu sekali.

Yanti menjelaskan, pada program kunjungan malam hari, pengunjung akan diajak mengamati benda langit menggunakan teleskop dengan bimbingan staf astronomi dari Observatorium Bosch. Dalam kunjungan tersebut akan diberikan penjelasan mengenai benda langit dan fenomena astronomi lainnya.

“Jadi tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melihat langit malam dengan teleskop Observatorium Bosch,” ujarnya.

Dikutip dari boscha.itb.ac.id: Kunjungan pertama hari ini mendapat sambutan yang sangat antusias dari masyarakat. Dia mengatakan tiket untuk bulan Juni terjual habis dalam waktu sekitar satu menit.

Menurut website Observatorium Bosha, tarif masuknya sebesar Rp 50.000 per orang dengan kuota 100 pengunjung per hari. Pendaftaran hanya dapat dilakukan melalui situs web Bosch Observatory. Halaman pendaftaran kunjungan hanya dibuka pada hari Senin hingga Kamis pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Pendaftaran tidak dapat dilakukan pada hari libur dan cuti bersama.

Profil Observatorium Bosch

Observatorium Bosch merupakan salah satu tempat pengamatan bintang tertua di Indonesia. Observatorium ini terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Tempat ini dibangun oleh NISV (Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging) atau Persatuan Bintang Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1923.

Merujuk situs Institut Teknologi Budi Utomo, pendirian observatorium ini bermula dari keinginan seorang insinyur astronom asal Madiun, Dr. K. Joan George Erardus Geisbertus Votut. Voite sebelumnya pernah melakukan penelitian di Cape Observatory di Afrika Selatan, namun kurangnya dukungan dari pemerintah setempat memaksa Voite kembali ke Batavia, Hindia Belanda.

Bosha mengumpulkan para pengusaha dan orang terpelajar untuk membentuk organisasi NISV untuk menyalurkan dana untuk pembangunan observatorium. Pada tahun 1928, diperkirakan organisasi ini dapat menyumbangkan satu juta gulden untuk membiayai pendirian dan pengoperasian observatorium sehari-hari.

Berdasarkan website Institut Teknologi Bandung, Observatorium Bossha terletak pada ketinggian 1.310 m dpl yakni pada ketinggian 630 m dari Dataran Tinggi Bandung. Nama observatorium ini diambil dari nama sponsor utamanya, Karel Albert Rudolf Bosch (1865-1928), seorang pemilik tanah yang memiliki perkebunan teh di kawasan Malabar.

Sebagai observatorium, tempat ini digunakan untuk observasi dan penelitian astronomi. Observatorium ini dilengkapi dengan teleskop dengan berbagai ukuran dan jenis. Setiap teleskop memiliki objek pengamatannya masing-masing.

Observatorium Bosch memiliki 5 teleskop yang beroperasi untuk penelitian astronomi. Ini termasuk Teleskop Refraktor Kembar Zeiss, Teleskop Bima Sakti Schmidt, Teleskop Refraktor Bamberg, Teleskop Refraktor GOTO Cassegrain dan Teleskop Refraktor Unitron.

Pilihan Editor: Observatorium Bosch dibuka untuk kunjungan malam hari, pendaftar berebut tiket

Hafvid Fakhriza, Sarjana LPDP 2024 yang kini menempuh pendidikan di Munich, Jerman, telah melalui berbagai seleksi. Lebih terinci

Topik warga gagal mendapatkan kursi di SMAN Jakarta karena tidak lolos screening usia Jalur Zonasi PPDB menjadi berita paling trending di Top 3 Tekno. Lebih terinci

Hingga saat ini, belum ada pedoman penggunaan AI yang dirumuskan di ITB, sehingga mahasiswa diam-diam menggunakan aplikasi AI untuk menyelesaikan mata kuliahnya. Lebih terinci

Institut Teknologi Bandung (ITB) akan menyelenggarakan ujian masuk online melalui seleksi mandiri pada hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 22.00 hingga 23.00. Juni 2024. Baca selengkapnya

Festival Moscow Adha ITB Salman meliputi seni, permainan, beberapa lomba, bazar produk UMKM dan parade. Lebih terinci

Kenaikan tarif UKT di ITB gagal terwujud setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membatalkan seluruh kenaikan UKT di PTN. Lebih terinci

Dalam proses seleksi penerima KIP-K, kampus ITB menyaring mahasiswa baru kemudian menyaringnya kembali ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada pameran karya kali ini, panel mulai mengangkat tema lima nilai yang menggambarkan proses pembuatan ilustrasi buku anak beserta pesannya. Lebih terinci

ITB akan mengesampingkan proses seleksi mandiri bagi siswa yang mengikuti SNBT pada tahun 2024. ITB tidak ingin ada calon mahasiswanya yang kehilangan kesempatan mendaftar di PTN. Lebih terinci

Keluarga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB) menolak kebijakan yang tidak berpihak pada bangsa Indonesia dan dapat merugikan lingkungan. Lebih terinci

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *