Vape Tidak Bisa Dianggap Lebih Aman dari Rokok Konvensional

TEMPO.CO, Jakarta – Guru Besar Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Aditya Wirawan mengatakan anggapan bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa tidak tepat. Idenya, vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa, kata Aditya, Sabtu, 1 Juni 2024.

Salah satu alasannya adalah vaping tidak melibatkan proses pembakaran sehingga banyak yang percaya bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa. Namun, Aditya menekankan pentingnya melihat bukti ilmiah untuk memahami seberapa benar klaim tersebut.

Ia menjelaskan, perbedaan utama antara vape dan rokok biasa terletak pada komposisi kimia dan proses pengasapannya. Beberapa racun pada rokok biasa tidak ditemukan pada vaping, dan beberapa racun pada vaping tidak ditemukan pada rokok biasa. Namun, hal ini tidak menyembuhkan vaping. Para ilmuwan sedang mempelajari lebih lanjut tentang efek kesehatan vaping dalam jangka pendek dan jangka panjang, kata Aditya yang juga seorang dokter medis di RSUI.

Aditya menambahkan, penggunaan rokok elektrik dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain infeksi saluran pernafasan, bronkitis akut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan rokok elektrik atau kerentanan (EVALI).

“Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk merasakan efek vaping bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor, seperti sensitivitas seseorang terhadap nikotin dan seberapa banyak yang dihirupnya,” kata Aditya.

Beberapa efek langsung terasa setelah menghirup uap dari vape, terutama jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek ini dapat terjadi dalam hitungan detik atau menit setelah terhirup.

Beberapa efek diharapkan mencakup peningkatan energi, relaksasi, atau efek nikotin lainnya, tergantung pada sensitivitas dan toleransi masing-masing nikotin.

Selain penggunanya, orang-orang disekitarnya yang menghirup vape atau biasa disebut vape bekas juga ikut terkena dampaknya. Paparan asap rokok tidak sama dengan paparan asap rokok biasa. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya dalam asap tembakau biasa tidak terdapat dalam vape, dan jika ada, maka jumlahnya sangat kecil (<1 persen).

Meski efeknya mungkin berbeda dengan asap rokok biasa, paparan aerosol vaping tetap membawa risiko kesehatan. Dampak yang ditimbulkan akibat paparan asap vape antara lain iritasi saluran pernapasan, bronkitis, sesak napas, eksaserbasi asma, dan lain-lain. “Paparan vaping bekas dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan pernafasan, terutama pada anak-anak dan orang yang memiliki kondisi medis penyerta,” kata Aditya.

Kini, paparan vape tidak hanya berdampak pada manusia tetapi juga lingkungan. Aditya mengatakan emisi vape dan asapnya mengandung nikotin dan zat beracun lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Vaping dapat meningkatkan kadar nikotin dan partikel halus (PM2.5) di udara dalam ruangan, meski lebih sedikit dibandingkan rokok biasa. Selain itu, uap vaping mengandung senyawa organik dan logam yang dapat berkontribusi terhadap polusi udara dalam ruangan.

“Meskipun tidak banyak penelitian mengenai efek uap pada tanaman, beberapa bahan kimia dalam uap, seperti logam berat dan senyawa organik, dapat merusak tanaman ketika berkumpul di ketinggian.” “Dari segi dampaknya terhadap hewan, nikotin yang terkandung dalam uap vape bersifat racun bagi banyak hewan dan dapat menyebabkan kematian jika dilanjutkan dalam jumlah banyak atau termasuk e-liquid dari vape tersebut,” kata Aditya.

Kekhawatiran lainnya adalah meningkatnya pengguna vape dalam beberapa tahun terakhir ditambah dengan meningkatnya laporan kanker paru-paru terkait vaping, atau EVALI.

Menurut Aditya, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan baru. Meski vape memiliki khasiat yang berbeda, namun bukan menjadi alasan untuk berbeda dengan rokok biasa, karena sama-sama mengandung nikotin, karsinogen, dan zat beracun lainnya.

Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat untuk memahami dan menyebarkan pesan bahwa vape tidak dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa. “Ada beberapa masalah yang mungkin timbul, dan penelitian sedang dilakukan untuk memperjelas hubungan antara penggunaan rokok elektrik dan kerusakan paru-paru atau masalah kesehatan lainnya,” kata Aditya.

Pilihan Editor: Industri tembakau Indonesia dikatakan semakin pintar dalam mengajak anak-anak untuk merokok.

Perokok lebih rela membeli rokok dibandingkan mengeluarkan uang untuk kebutuhan pokok. Lebih terinci

Ia mengatakan bahwa merokok tidak mempengaruhi orang yang hidup di usia ini. Tapi di masa depan. Lebih terinci

Paparan asap tidak hanya berdampak pada manusia, namun juga lingkungan. Berikut permasalahannya menurut dokter paru di RSUI. Lebih terinci

Menurut para ahli medis, merokok vape atau rokok elektrik dapat menyebabkan gangguan kesehatan, sama seperti rokok biasa. Lebih terinci

Tjandra Yoga menawarkan 10 solusi untuk melindungi generasi muda kita dari bahaya rokok (termasuk rokok elektronik). Lebih terinci

PDPI merekomendasikan langkah konkrit yang bisa dilakukan untuk melindungi generasi muda dari bahaya rokok. Lebih terinci

Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau World No Tobacco Day dijadwalkan jatuh pada tanggal 31 Mei. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Indonesia untuk pengendalian tembakau. Lebih terinci

Berikut 10 langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi generasi muda dari bahaya rokok, termasuk rokok elektrik. Lebih terinci

Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya tembakau dan penggunaan tembakau, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

IDAI menghimbau agar anak-anak lebih sulit mendapatkan rokok untuk meningkatkan upaya mengurangi dampak merokok. Lebih terinci

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *