WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

TEMPO.CO, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat menyatakan telah menyiapkan rencana darurat jika terjadi serangan darat Israel di Rafah, Gaza selatan. Namun, rencana tersebut tidak akan cukup untuk mencegah angka kematian yang diperkirakan meningkat. “Kami tentu saja membuat rencana darurat untuk membantu memastikan bahwa sistem kesehatan… siap dan mampu terus memberikan layanan,” kata juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Richard Peeperkorn pada konferensi pers di Jenewa. Namun, Peeperkorn mengatakan rencana darurat tersebut hanyalah sebuah solusi. “Hal ini sama sekali tidak akan membatasi tingkat kematian dan kesakitan tambahan yang diperkirakan disebabkan oleh operasi militer,” katanya. Sebagai bagian dari rencana darurat, ia mengungkapkan bahwa sebuah rumah sakit lapangan baru sedang didirikan di Al-Mawasi di Rafah.

WHO juga telah mendirikan gudang besar di Deir al-Balah dan memobilisasi pasokan untuk memastikan akses cepat dan pergerakan pasokan ke Khan Younis, Provinsi Tengah, dan Gaza utara. Peeperkorn mengatakan perbekalan juga disiapkan di Rumah Sakit Al-Aqsa dan Rumah Sakit Eropa di Gaza. Sementara itu, di wilayah utara, layanan diperluas melalui penyediaan tim medis darurat dan peralatan medis di rumah sakit Al-Ahli, Kamal Adwan dan Al-Awda, kata juru bicara tersebut. Menurut dia, rencana juga sedang dikembangkan untuk mendukung rehabilitasi rumah sakit dengan fokus layanan anak, dan perluasan pusat layanan kesehatan primer dan titik medis. Kendati demikian, Peeperkorn mengatakan sistem kesehatan Gaza yang lemah tidak akan mampu menahan kehancuran yang mungkin ditimbulkan oleh serangan Israel.

Dia memperingatkan bahwa serangan terhadap Rafah dapat membuat tiga rumah sakit di sana “tidak dapat diakses dan tidak berfungsi”. “Peningkatan ini juga bisa membuat biaya Rumah Sakit Gaza di Eropa menjadi tidak terjangkau,” katanya. “Ini akan berdampak negatif pada sistem kesehatan secara keseluruhan karena pasien harus dipindahkan ke rumah sakit lain yang sudah penuh sesak, sehingga membahayakan kesehatan mereka. mempertaruhkan.” “Tentu saja, operasi militer juga menyebabkan gelombang pengungsian baru, peningkatan kepadatan penduduk, akses terhadap makanan penting, air dan sanitasi,” katanya.

Pilihan editor: Blinken mengatakan AS tidak mendukung serangan Israel di Rafah ANADOLU

Netanyahu mengatakan AS berjanji berupaya mencabut pembatasan, namun Washington mengatakan pengiriman bom masih diselidiki. Baca selengkapnya

Pertempuran pecah saat Idul Adha di Gaza tetapi serangan Israel menewaskan sedikitnya 13 orang. Baca selengkapnya

Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Washington sedang berupaya untuk membatalkan larangan pengiriman senjata ke Israel. Baca selengkapnya

Pembebasan pajak PBB ini dimulai oleh Gubernur Ahok pada tahun 2016, yang kemudian ditingkatkan nilainya oleh Anies dan Heru Budi Read secara keseluruhan memberikan dampak positif.

Kantor Pers Pemerintah Gaza mengeluarkan pernyataan yang mengecam keras tindakan tentara pendudukan Israel terhadap pekerja medis. Baca selengkapnya

Heru Budi mengatakan, pemungutan pajak NJOP untuk rumah tinggal di bawah Rp 2 miliar tidak akan berdampak pada masyarakat kelas bawah. Baca selengkapnya

PMI menargetkan bisa mengirimkan 1.000 tenda pengungsi ke perbatasan Gaza, Palestina, pada akhir Juni 2024. Baca selengkapnya

Presiden AS Joe Biden mengirimkan utusan khusus, Amos Hochstein, ke Lebanon untuk berpartisipasi dalam upaya mencegah konflik antara Israel dan Hizbullah. Baca selengkapnya

Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB menyatakan keprihatinannya atas situasi yang dihadapi kelompok etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar. Baca selengkapnya

AS kembali meyakinkan Netanyahu bahwa mereka akan kembali mengirimkan pasokan militer ke Israel. Baca selengkapnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *